Advertisement
Advertisement
Purwokerto, serayunews.com
Kepala Kantor Perawakilan Bank Indonesia (BI) Purwokerto, Samsun Hadi mengatakan pada bulan Agustus untuk Kabupaten Banyumas dan Cilacap mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,12% (mtm) dan 0,06% (mtm).
“Secara umum, Purwokerto dan Cilacap tercatat mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional dan Jawa Tengah. Inflasi di Purwokerto maupupun Cilacap didorong oleh meningkatnya harga komoditas minyak goreng seiring dengan tren kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) dunia yang menyebabkan harga minyak goreng di dalam negeri turut mengalami kenaikan,” ujar dia, Kamis (9/2).
Samsun menambahkan, inflasi juga didorong oleh peningkatan harga rokok kretek filter, seiring dengan penyesuaian bertahap yang dilakukan oleh produsen terhadap kenaikan cukai.
“Pada Agustus 2021, Purwokerto mengalami inflasi sebesar 0,12% (mtm), lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 0,09% (mtm). Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan inflasi Provinsi Jawa Tengah (-0,01%, mtm) dan inflasi nasional (0,03%, mtm),” kata dia.
Dimana inflasi tersebut utamanya bersumber dari peningkatan pada harga kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memiliki andil besar hingga 0,06 persen (mtm), hingga diikuti oleh kelompok transportasi. Dilihat dari komoditasnya, yang menjadi penyumbang inflasi terbesar pada periode ini adalah komoditas minyak goreng (0,13%), rokok kretek filter (0,07%), pemeliharaan/service (0,03%), buah naga (0,02%) dan pepaya (0,02%).
Meski adanya inflasi pada bidang-bidang tertentu, ada juga bidang yang mengalami deflasi yakni pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang memberikan andil sebesar -0,02% (mtm). Pada periode laporan, komoditas cabai rawit (-0,09%), cabai merah (-0,04%), daging ayam ras (-0,04%), kacang panjang (-0,02%) dan emas perhiasan (-0,02%) menjadi komoditas yang memberikan andil penurunan harga terbesar.
“Secara tahunan, Purwokerto tercatat mengalami inflasi sebesar 1,57% (yoy). Angka tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi bulan Agustus dalam dua tahun terakhir (2019 s.d 2020) yang sebesar 1,95% (yoy). Capaian inflasi tersebut juga cenderung berada di bawah rentang sasaran inflasi 2021 sebesar 3%±1% (yoy),” ujarnya.
Sedangkan untuk perkembangan inflasi Cilacap, pada periode yang sama kabupaten tersebut mengalami inflasi sebesar 0,06% (mtm), lebih stabil dibandingkan bulan sebelumnya yang juga tercatat mencapai inflasi hingga 0,06%.
“Inflasi tersebut terpantau lebih tinggi dibandingkan inflasi Provinsi Jawa Tengah (-0,01%, mtm) dan inflasi nasional (0,03%, mtm). Inflasi utamanya bersumber dari peningkatan harga kelompok pendidikan yang memberikan andil sebesar 0,04% (mtm) dan kelompok komoditas pakaian dan alas kaki dengan andil 0,01% (mtm). Adapun komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi adalah minyak goreng (0,05%), telur ayam ras (0,03%), tomat (0,02%), Sekolah Menengah Atas (0,02%) dan rokok kretek filter (0,02%),” kata dia.
Di sisi lain, kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau menjadi kelompok yang menahan inflasi lebih tinggi, dengan andil -0,01% (mtm). Penurunan harga terutama disumbangkan oleh komoditas cabai rawit (-0,06%), daging ayam ras (-0,03%), bawang merah (-0,03%), emas perhiasan (-0,02%), dan terong (-0,02%).
“Secara tahunan, Cilacap tercatat mengalami inflasi sebesar 1,41% (yoy). Capaian inflasi tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan rata-rata historis inflasi bulan Agustus dalam dua tahun terakhir (2019 s.d 2020) yang sebesar 1,54% (yoy) dan masih berada di bawah rentang sasaran inflasi 2021 sebesar 3%±1% (yoy),” ujarnya.
Pada tahun 2021 ini, pihak BI memprediksi inflasi selama tahun 2021 bakal terkendali dengan berada di rentang sasaran target inflasi 3±1% (yoy). Namun demikian ada risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian inflasi yakni pekembangan domestik khususnya komsumsi rumah tangga yang terganggu serta berbagai upaya pemulihan ekonomi nasional termasuk bantuan pemerintah untuk para pelaku usaha.