SERAYUNEWS— Ahok penghalang koalisi? Bagaimana bisa? Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok merupakan seteru Anies Baswedan saat Pilgub DKI Jakarta. Perseteruan itu berujung penjara bagi Ahok.
Tiba di ujung waktu jelang pencoblosan, Ahok mundur dari Pertamina dan mendukung pasangan Ganjar-Mahfud. Alasan Ahok agak lambat bergabung Ganjar karena harus menunggu RUPS Pertamina.
Sementara itu, sebelum Ahok muncul telah ada kasak-kusuk lobi membangun koalisi Anies dan Ganjar. Kedua kubu berasumsi Pilpres akan berlangsung dua putaran.
Langkah Ahok bergabung ke kubu Ganjar ini, kemudian menimbulkan istilah ‘kuda putih’.
Melalui media sosial X (twitter), julukan itu warganet sematkan karena Jokowi dianggap sengaja menempatkan Ahok untuk mencegah pasangan calon (paslon) Ganjar Pranowo-Mahfud MD berkoalisi dengan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Menanggapi ini Anies merasa belum saatnya. Baginy,a saat ini adalah mengawal suara di 14 Februari 2024.
“Kita belum tahu hasilnya putaran satu, jadi jangan mendahului,” kata Anies di Mataram, NTB (6/2/2024).
Cawapres Anies, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) tidak yakin kalau Ahok adalah kuda putih Jokowi. Cak Imin percaya jika Ahok konsisten menolak pencalonan cawapres nomor urut 2 Gibran dan menolak dinasti politik.
“Itu bukan urusan saya, tapi saya melihat Ahok dari awal konsisten menolak Gibran dan menolak dinasti,” ujarnya (5/2/2024).
Ketika ada pertanyaan soal kemungkinan tetap berkoalisi walau ada Ahok, jawaban Cak Imin serupa dengan Anies.
“Belum terpikirkan (koalisi Anies-Ganjar). Kita konsentrasi pemenangan dulu. Nanti konstelasinya bagaimana kita lihat 14 Februari (2024),” jelas Cak Imin (6/2/2024).
Sementara itu, sikap partai pendukung Anies agak lebih terbuka sejak awal. Politisi PKS Mardani Ali Sera mengatakan komunikasi politik tetap terbuka dengan pihak manapun.
“Tetap terbuka. Karena ketika kita sudah masuk putaran kedua, kita akan mulai komunikasi lagi dengan banyak pihak. Dari banyak pihak itu nanti akan ketemu tuh titik yang mana yang bisa komunikasi,” ujarnya (5/2/2024).
Ganjar Pranowo,seolah tidak mau peduli anggapan dengan adanya Ahok akan membuat pendukung Anies meninggalkan dirinya ketika mereka jadi berkoalisi.
Ganjar berharap orang mendukungnya karena kesamaan nilai-nilai. Dia kenal Ahok sudah lama, Ahok memiliki nilai-nilai yang sama dengan Ganjar.
“Kalau orang nanti mau bergabung atau tidak bergabung, kami punya nilai dan nilai itu secara universal bisa dipertanggung jawabkan. Take it or leave it, itu saja,” kata Ganjar di Balikpapan (6/2/2024).
Politik memang cair, tak ada permusuhan yang abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi. Kita tentu masih ingat di bulan Mei 2023, Luhut mengusulkan Ahok menjadi Cawapres Anies. Surya Paloh langsung menepis isu ini, bahwa Luhut hanya bercanda.
“Kalau mau jujur tidak ada. Bukan, Pak Luhut bercanda. Kawan-kawan wartawan terlalu serius menanggapinya. Kena candaan Pak Luhut. Pak Luhut bercanda kalian tanggapi serius,” kata Surya Paloh (11/5/2023).
Sekali lagi, politik itu cair, bisa jadi Anies dan Ahok duduk bersama di satu kabinet. Kita tunggu saja. *** (O Gozali)