SERAYUNEWS- Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG) 2025 tidak hanya berfokus pada penguatan pedagogik dan kompetensi profesional. Tetapi juga penanaman nilai etika dalam praktik sehari-hari.
Salah satu bentuk penguatan nilai tersebut tercermin dalam Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 3: Apakah Perilaku Guru Sebagai Pendidik Perlu Diatur?
Sebagai bagian dari tugas Jurnal Aksi Nyata, guru diminta menjawab dua pertanyaan utama, salah satunya adalah:
“Media promosi (audio/visual) apa saja yang Bapak/Ibu gunakan untuk mempromosikan kode etik guru di lingkup kerja? Mengapa memilih media tersebut?”
Tujuan pertanyaan ini adalah agar guru dapat mempraktikkan nilai-nilai kode etik secara konkret dan menyebarkannya secara luas kepada rekan sejawat, peserta didik, hingga masyarakat sekolah.
Untuk menjawab tantangan tersebut, guru dituntut kreatif dalam memilih dan memanfaatkan media yang tepat. Berikut adalah pilihan media promosi yang efektif beserta alasannya:
1. Poster Edukatif
Saya membuat poster berisi poin-poin utama kode etik guru, seperti integritas, profesionalisme, tanggung jawab, dan sikap terhadap peserta didik. Poster ini saya pasang di ruang guru, ruang kepala sekolah, dan area publik di lingkungan sekolah.
Alasan Pemilihan:
– Poster mudah dilihat setiap hari.
– Menyampaikan pesan secara ringkas dan visual.
– Memberikan pengingat konstan kepada seluruh guru dan tenaga pendidik.
2. Video Edukasi Singkat
Saya memproduksi video berdurasi 2–3 menit yang memuat ilustrasi nyata penerapan kode etik, seperti contoh bersikap adil, menjaga komunikasi yang baik, dan menunjukkan profesionalisme di kelas.
Alasan Pemilihan:
– Kombinasi visual dan audio memperkuat pesan.
– Mampu menyentuh sisi emosional penonton.
– Mudah dibagikan melalui media sosial dan grup WhatsApp guru.
3. Presentasi PowerPoint
Saya menyusun presentasi kode etik guru dan menampilkannya dalam forum resmi seperti MGMP, rapat guru, atau pelatihan internal sekolah.
Alasan Pemilihan:
– Efektif dalam menjelaskan materi secara logis dan sistematis.
– Memungkinkan diskusi terbuka dan refleksi bersama antar guru.
– Cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogi).
4. Infografis Digital dan Cetak
Saya merancang infografis yang memuat ringkasan nilai-nilai etika guru, lalu mencetaknya untuk ditempel di ruang publik dan membagikannya dalam versi digital melalui grup sekolah.
Alasan Pemilihan:
– Ringkas, padat, dan visual menarik.
– Mudah diakses kapan saja.
– Menarik perhatian guru yang aktif menggunakan media digital.
5. Rekaman Audio Naratif
Saya merekam kutipan inspiratif dari kode etik guru dalam bentuk narasi singkat. Audio ini saya putar saat jeda rapat atau pembuka apel pagi.
Alasan Pemilihan:
– Memberikan efek pengingat yang lembut namun bermakna.
– Tidak membutuhkan alat khusus untuk pemutaran.
– Dapat diulang secara berkala agar lebih membekas.
6. Jingle atau Slogan Etika
Saya menciptakan slogan atau jingle sederhana, misalnya: “Senyum, Sapa, Salam adalah Etika Kita.” Pesan ini saya putar di waktu-waktu tertentu melalui pengeras suara sekolah.
Alasan Pemilihan:
– Mudah diingat karena bersifat repetitif dan ringan.
– Menanamkan nilai melalui kebiasaan dan budaya sekolah.
– Menggugah kesadaran kolektif secara tidak menggurui.
7. Media Sosial dan Grup Komunikasi Internal
Saya memanfaatkan media sosial resmi sekolah atau grup WhatsApp guru untuk menyebarkan video, infografis, dan audio terkait kode etik.
Alasan Pemilihan:
– Jangkauan luas dan cepat.
– Memungkinkan interaksi antar guru seperti komentar, diskusi, atau refleksi.
– Cocok untuk guru yang aktif secara digital.
Saya memilih berbagai jenis media karena setiap guru memiliki gaya belajar dan preferensi informasi yang berbeda.
Dengan pendekatan multimodal, pesan tentang pentingnya kode etik guru dapat tersampaikan secara luas, bervariasi, dan lebih bermakna.
Hal ini membantu menciptakan budaya kerja yang profesional, bermartabat, dan beretika di lingkungan sekolah.
Kunci jawaban ini disusun sebagai referensi untuk mendukung guru dalam menyusun tugas Aksi Nyata Modul 3 PPG 2025.
Bapak/Ibu guru diimbau untuk menyesuaikan konten dengan kondisi dan pengalaman nyata di lingkungan kerja masing-masing agar nilai reflektif dan orisinalitas tetap terjaga.