
SERAYUNEWS – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memiliki tujuan baik, untuk meningkatkan konsumsi gizi anak-anak, khususnya pelajar. Namun, di sisi lain, sejak berjalannya program MBG, memberi dampak penurunan ekonomi, bagi pedagang kantin maupun pedagang disekitar sekolah.
Ketua umum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum menilai, program MBG memiliki tujuan baik, di antaranya menciptakan generasi muda baru yang lebih sehat. Sejak awal Presiden mencetuskan gagasan program tersebut, tidak ada niatan untuk mematikan sektor usaha kecil.
“Idenya kan bukan untuk mematikan usaha kecil, justru menggerakkannya. Tinggal bagaimana mencari saluran sambungannya agar dana besar yang digelontorkan bisa menetes dan menggerakkan ekonomi rakyat,” kata Anas, ditemui saat melakukan kunjungan di Purwokerto, Selasa (04/11/2025).
Setiap program atau kebijakan baru, pasti akan memunculkan pro dan kontrak. Karena tujuan baik, maka dalam proses pelaksanaannya tinggal bagaimana dilakukan evaluasi bertahap. Penting juga dalam pelaksanaanya harus bijak.
“Tugas pemerintah itu bukan hanya memproduksi program, tetapi juga mendengarkan saran, masukan, dan keluhan terhadap program tersebut. Dari situ dicari solusi yang paling adil agar tidak ada pihak yang dirugikan,” ujarnya.
Dia mencontohkan, pentingnya mengaktifkan fungsi kontrol bagi seluruh elemen masyarakat. Agar berjalannya program MBG bisa memberikan manfaat, secara luas, merata dan tepat.
Dia mencontohkan, seperti monopoli pasokan oleh pemasok besar atau pengepul harus segera diantisipasi pemerintah daerah. Jika tidak, tujuan utama program untuk memperkuat ekonomi rakyat tidak akan tercapai.
“Kalau pasokan terkumpul di satu supplier besar, misi presiden tidak akan tercapai. Pemerintah daerah harus hadir untuk membatasi ‘kreativitas’ yang kemudian merugikan usaha kecil seperti itu,” kata dia.
Lebih lanjut, Anas mengusulkan agar pola pelaksanaan MBG tidak harus seragam di semua daerah. Menurutnya, tiap wilayah memiliki potensi dan kondisi berbeda, sehingga pendekatan yang digunakan harus asimetris.
“Kalau di suatu daerah kantinnya sudah bagus, bisa saja SPPG bekerja sama dengan kantin yang ada. Prinsipnya saling menguntungkan, tidak harus semuanya serba baru lalu yang lama dibiarkan mati,” jelasnya.