Cilacap, serayunews.com – Kekeringan yang melanda di sebagian wilayah Cilacap bagian barat membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap kewalahan. Hampir setiap hari, BPBD Kabupaten Cilacap medistribusikan air bersih ke sejumlah wilayah terdampak. Hingga akhirnya, pos anggaran kini menipis dan hampir habis. Bagaimana langkah Pemerintah Daerah Cilacap mengatasi hal tersebut?
Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap Tri Komara Sidhy mengatakan, pada akhir Juni 2019, dana yang tersedia untuk distribusi hanya cukup untuk 17 tanki. Untuk mengatasi agar pasokan air bersih ke wilayah terdampak kekeringan tetap terpenuhi, pihaknya akan menggandeng dunia usaha untuk membantu pasokan air bersih.
“Sampai Jumat kemarin sudah ada sebanyak 93 tanki air bersih yang didistribusikan, dari 110 tanki yang disiapkan,” jelasnya.
Selain itu, kata dia, Sekertaris Daearah Cilacap melalui BPBD juga sudah mengirimkan surat ke PDAM Tirta Wijaya untuk mengurangi harga air dalam satu tankinya. Menurutnya dengan harga saat ini, masih dikatakan cukup tinggi.
“Suratnya sudah dikirimkan untuk meminta keringanan, karena ini untuk kemanusiaan. Yang selama ini Rp 110 ribu per tanki, kita minta diskon 50 persen, sehingga dana APBD bisa dimaksimalkan,” ujarnya.
Pihaknya mengakui, jika distribusi air bersih ini hanya bersifat jangka pendek dan bukan solusi terbaik. Masyarakat ketergantungan dengan pengiriman air bersih setiap musim kemarau. Pada musim kemarau kali ini, diprediksi ada sebanyak 64 desa di 18 kecamatan yang mengalami rawan air bersih. Saat ini ada 3 mobil air bersih milik BPBD Cilacap, dan satu tanki air dari PDAM Cilacap
“Kita mengajukan pipanisasi belum terealisasi dan perluasan jaringan PDAM belum maksimal, belum sampai ke Bringkeng, Grugu, atau Panikel yang merupakan daerah sangat rawan kekeringan,” ungkapnya.