Kepala Teknisi Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap, Teguh Wardoyo menjelaskan, fenomena angin kencang yang terjadi disejumlah wilayah terjadi akibat terjadinya peralihan dari musim kemarau ke musim hujan. Berdasarkan pengamatan udara pada lapisan 5000 kaki atau 1500 meter, untuk pengamatan di Stasiun BMKG Cilacap kecepatan angin tercatat 45 kilometer per jam pada 21 Oktober 2019. Dengan kecepatan seperti ini, angin dapat menerbangkan material ringan apabila melintasi daerah berpasir atau tanah kering.
“Angin kencang yang terjadi disejumlah daerah salah satu faktornya karena musim peralihan atau pancaroba, berpotensi terjadi angin puting beliung. Demikian pula di Kabupaten Banyumas dan Cilacap,” jelasnya saat dihubungi serayunews.com, Senin (21/10/2019).
Berdasaran data dari BMKG Jateng, kata dia, secara umum angin di Indonesia pada saat ini dominan dari arah Timur sampai dengan Tenggara. Hal ini karena di Benua Australia memiliki tekanan udara yang lebih tinggi dibandingkan daerah di Belahan Bumi Utara. Munculnya tekanan rendah di sekitar Teluk Benggala, memicu angin timuran pada lapisan atas bergerak lebih kencang dari beberapa hari sebelumnya.
“Stasiun Meteorologi di Jawa Tengah pada tanggal 21 Oktober 2019 sebagai berikut, Stasiun Meteorologi Semarang mencatat kecepatan angin sebesar 74 km/jam, Stasiun Meteorologi Tegal mencatat sebesar 63 km/jam,” ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskan, Faktor lain yang turut berperan terjadinya peningkatan kecepatan angin pada beberapa wilayah di Jawa Tengah adalah pergerakan semu matahari yang berada tidak jauh dari Wilayah Selatan Jawa. Dengan pemanasan yang kuat tersebut menjadikan beberapa wilayah mencatat suhu udara yang cukup tinggi (identik dengan kerapatan udara rendah).
“Sedangkan faktor non meteorologis lainnya yaitu adanya kebakaran lahan di daerah pegunungan,” katanya.
Dari beberapa faktor tersebut, terlihat bahwa faktor cuaca lokal memainkan peran cukup signifikan sebagai respon atas peningkatan kecepatan angin di lapisan atas, pada lokasi tertentu di pegunungan, angin lapisan troposfer bawah yang kuat bisa menguatkan respon sirkulasi lokal berupa angin lembah dan angin gunung.
“Sehingga masyarakat yang berada di daerah pegunungan beberapa hari ini yang paling merasakan terjadinya angin kencang dengan membawa material debu atau asap kebakaran lahan tersebut,” ujarnya.