Kampung Laut, serayunews.com
Adalah Dusun Bondan, terletak di Desa Ujungalang Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Dusun Bondan ini merupakan wilayah terpencil dan terpisah dari daratan Cilacap, serta berada di Segara Anakan.
Tak hanya terpencil, akses jalur menuju Dusun Bondan pun terbatas dan hanya bisa dilalui mengunakan perahu, serta dengan jarak tempuh dari dermaga di Kota Cilacap sekitar satu setengah jam. Bahkan di sana pun tidak terjangkau aliran listrik dari PLN.
Karena letaknya berada di antara segara anakan dan daratan rendah, sehingga Dusun Bondan ini kerap dilanda banjir rob yang disebabkan pasang surutnya air laut dan ditambah hujan dengan intensitas tinggi.
“Kalau banjir bisa masuk rumah, kemarin yang terparah tingginya sekitar 50 sentimeter di rumah, jadi barang-barang banyak yang basah, ternak pada kabur, terus ikan yang ada di tambak pada bubar, karena tahu-tahu sudah banjir,” ujar Aming Sanjaya (40), warga yang tinggal di Dusun Bondan saat ditemui, Selasa (25/10/2022).
Di Dusun Bondan ini, ada sekitar sebanyak 74 kepala keluarga dengan 240 jiwa yang tinggal di sana. Sebagian besar mata pencariannya adalah sebagai nelayan/petani tambak.
Karena tidak ada pasokan listrik PLN, bertahun-tahun penduduk di sana hanya menggandalkan penerangan dari lentera (sempor) berbahan bakar minyak. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi terbarukan, akhirnya tahap demi tahap Dusun Bondan ini bisa menikmati listrik bertenaga hybrid yakni perpaduan tenaga surya dan kincir angin.
Program yang diinisiasi oleh PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap ini mampu menghasilkan energi listrik hingga lebih dari 16 ribu WP (watt peak) dan bisa dimanfaatkan oleh 74 kepala keluarga (rumah) di sana untuk penerangan rumah.
Tak hanya untuk penerangan rumah, listrik yang dihasilkan dari tenaga hybrid itu pemanfaatannya juga terus dikembangkan, salah satunya untuk pembangkit Early Warning System Rob Flood (EWSRF) atau sistem peringatan dini terhadap banjir rob yang kerap melanda wilayah tersebut.
“Ya alhamdulillah, sekarang listrik juga menjadi terang, yang punya TV bisa nonton, anak sekolah bisa belajar malam, dan sejak adanya EWS, jadi tahu kalau air lagi naik dan akan banjir, sehingga barang-barang sudah diselamatkan dulu, ditaruh atas. Dan ikan yang ada di tambak kita amankan dengan memasang jaring, kemudian tanggul yang limpas kita tinggikan,” kata Aming.
Aming yang sudah tujuh tahun tinggal di Dusun Bondan, kini menggarap tambak seluas enam hektar, biasanya tambaknya diisi ikan bandeng dan udang windu. Namun, karena kondisi musim hujan, tambak sementara belum ditabur benih.
“Kalau sudah ada EWS jadi lebih sigap, ikan tidak pada lepas karena tanggul meluap, jadi produksi bisa semakin meningkat,” ujarnya.
Sementara itu, warga Dusun Bondan lainnya Muhammad Jamal yang juga sebagai pengelola PLTH (Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid) dan EWSRF mengatakan, bahwa listrik yang dihasilkan dari PLTH itu dan ditampung dalam baterai dalam jumlah banyak sudah bisa dinikmati oleh seluruh rumah yang ada di Dusun Bondan.
Bahkan meski dalam kondisi mendung (tidak muncul matahari) dan kondisi cuaca buruk pun, baterai bisa tetap terisi dari kincir angin. Sehingga listrik yang dihasilkan terus mengalir tanpa henti.
“Jadi selain penerangan rumah, EWS juga terpasok listrik dan EWS otomatis berbunyi kapanpun saat kondisi air naik di atas batas standar yang disetel, yaitu ketinggian air di atas 20 sentimeter dari kondisi normal,” ujarnya.
Untuk menjangkau seluruh area di Dusun Bondan, sedikitnya sudah terpasang di tiga titik, mulai dari sisi ujung timur, tengah dan barat.
“Kita tinggal di wilayah perairan jadi membutuhkan alat EWS ini. Kalau banjir di Kampung Laut ada dua penyebab, di antaranya mutlak dari rob air laut yang musiman, setahun bisa tiga kali, dan kadang karena faktor hujan deras di darat, karena area darat pembuangan airnya ke kita yang ada di sini,” ujarnya.
Area Manager Communication, Relation & CSR PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap Cecep Supriyatna mengatakan, bahwa Dusun Bondan saat ini menjadi Kampung Mandiri Energi yang mulanya merupakan kampung memprihatinkan. Sehingga dengan adanya PLTH itu, bisa diaplikasikan ke berbagai program seperti Desalinasi air bersih dan pembangkit EWSRF.
“EWS dibangun karena pasang surut air ada nilai tambah sebagai nelayan tambak, jadi ikan di tambak tidak bubar kebanjiran, serta pemberdayaan perempuannya, ikan yang tidak bisa terolah langsung bisa disimpan dalam pendingin, kemudian diolah dan dikemas menjadi makanan khas Bondan sendiri,” ujarnya.