SERAYUNEWS – Pertanyaan apakah ada bulan yang dilarang untuk menikah dalam Islam? Pasalnya, menikah adalah ibadah sekaligus momen sakral bagi banyak pasangan.
Namun, dalam masyarakat, masih berkembang sejumlah kepercayaan soal waktu-waktu tertentu yang tidak baik untuk menggelar pernikahan.
Lalu, bagaimana sebenarnya ajaran Islam memandang bulan-bulan yang dilarang untuk menikah? Yuk, simak artikel ini sampai akhir.
Di beberapa daerah, bulan Safar kerap dijauhi untuk pernikahan karena dikaitkan dengan bencana atau nasib buruk. Padahal, kepercayaan ini berasal dari masa jahiliah, jauh sebelum datangnya Islam.
Dulu, bulan Safar merupakan bulan kosong dari keberkahan karena banyak orang pergi meninggalkan rumah untuk berdagang, sehingga terjadi banyak perampokan dan kekacauan.
Islam datang untuk menghapus keyakinan ini. Nabi Muhammad saw. secara tegas meluruskannya dan para ulama juga sepakat bahwa tidak ada larangan menikah di bulan Safar.
Bahkan, tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa menikah di bulan tertentu akan membawa kesialan atau keberuntungan.
Pertanyaan ini kerap muncul di tengah masyarakat, terutama jelang musim pernikahan.
Beberapa orang masih mempercayai bahwa bulan tertentu, seperti Safar, membawa sial jika digunakan untuk menikah. Padahal, dalam Islam, tidak ada larangan untuk menikah di bulan apa pun.
Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada penyakit menular, tidak ada thiyarah (keyakinan sial), tidak ada hamah, dan tidak ada Safar.”
Hadis ini menjadi dasar kuat bahwa kepercayaan terhadap kesialan bulan Safar adalah mitos belaka yang tidak sesuai ajaran Islam.
Islam menolak segala bentuk takhayul dan anggapan buruk terhadap waktu tertentu. Prinsipnya, semua bulan adalah baik. Pernikahan bisa berlangsung kapan saja, selama syarat dan rukunnya terpenuhi.
Menariknya, ada satu bulan yang justru dianjurkan untuk menikah, yaitu bulan Syawal.
Dalam riwayat sahih, Rasulullah menikahi Aisyah RA di bulan Syawal, dan membangun rumah tangga dengannya juga di bulan yang sama.
Aisyah sendiri menyebutkan bahwa istri-istri Nabi yang paling beruntung adalah mereka yang menikah di bulan Syawal.
Bulan Syawal berada tepat setelah Ramadan dan Idulfitri. Masyarakat saat itu, termasuk orang-orang jahiliah, menganggap Syawal sebagai waktu yang tidak cocok untuk menikah.
Hal ini karena akar katanya, syawwala, berarti meninggalkan atau mengangkat, yang memiliki tafsir negatif.
Namun, Islam membalik makna tersebut menjadi simbol peningkatan, termasuk dalam kehidupan berumah tangga.
Oleh karena itu, menikah di bulan Syawal justru memiliki nilai sunah. Selain meneladani Nabi Muhammad saw., ini juga menjadi bentuk penolakan terhadap takhayul dari masa lalu.
Selain sisi historis dan religius, menikah di bulan Syawal memiliki keutamaan praktis. Bulan ini masih dalam suasana Idulfitri, yang berarti semangat silaturahmi masih hangat.
Undangan lebih mudah hadir, keluarga besar biasanya masih berkumpul, dan biaya konsumsi bisa lebih efisien jika bergabung dengan momen halal bihalal.
Suasana yang penuh suka cita dan saling memaafkan juga bisa menjadi awal yang indah bagi pasangan pengantin.
Bulan Syawal identik dengan kebaikan, kebersamaan, dan harapan baru, sangat cocok dengan semangat membangun rumah tangga.
Meski menikah di bulan Syawal memiliki keistimewaan, Islam tidak membatasi waktu pernikahan.
Anda bisa menikah di bulan apa saja, termasuk di bulan Ramadan, Rajab, atau bahkan Safar. Yang penting, persiapannya matang dan niatnya jelas.
Jika ingin menyesuaikan dengan sunnah, bulan Syawal bisa jadi pilihan istimewa.
Namun jika situasi dan kondisi lebih memungkinkan di bulan lain, tidak ada salahnya. Islam memudahkan umatnya, termasuk dalam hal menikah.
Islam tidak mengenal bulan sial. Kepercayaan terhadap bulan-bulan yang membawa nasib buruk hanyalah warisan budaya tidak berdasar.
Justru, Islam menekankan bahwa semua bulan adalah baik untuk menikah. Allah akan memberikan keberkahan kepada siapa pun yang menikah dengan niat benar.
Menikah di bulan Syawal tidak hanya boleh, tapi juga menjadi anjuran karena mencontoh Rasulullah saw.
Jadi, tak perlu ragu. Jika Anda dan pasangan sudah siap, pilih bulan yang paling cocok secara waktu dan kondisi. Semoga pernikahan Anda penuh keberkahan, kedamaian, dan kebahagiaan sepanjang masa.***