SERAYUNEWS – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) 2025 kembali menghadirkan berbagai cara unik untuk mencairkan suasana dan menyambut siswa baru dengan penuh kreativitas.
Selain materi pengenalan akademik dan tata tertib sekolah, banyak panitia MPLS menyelipkan kegiatan ice breaking berupa teka-teki seputar makanan ringan.
Di antara yang paling viral tahun ini adalah istilah-istilah seperti “Snack Aplikasi”, “Chiki Dalam Tanah”, dan “Biskuit 3D”, yang sukses membuat peserta penasaran sekaligus terhibur.
Fenomena teka-teki snack semacam ini sebenarnya bukan sekadar guyonan ringan. Dalam konteks MPLS, kegiatan ini memiliki peran yang cukup signifikan dalam membentuk suasana yang inklusif, meriah, dan penuh semangat.
Saat siswa diajak berpikir bersama, berdiskusi, bahkan menertawakan jawaban-jawaban lucu, mereka secara tidak langsung sedang membangun hubungan sosial dan mengembangkan keberanian untuk berpendapat di lingkungan baru.
Kegiatan seperti ini membantu memperkenalkan nilai-nilai penting yang dianut sekolah, seperti kerja sama, berpikir kritis, dan keberanian berekspresi. Dengan metode yang menyenangkan, siswa baru lebih mudah menerima pesan-pesan pendidikan yang ingin disampaikan oleh panitia.
MPLS pun menjadi momen yang tidak hanya edukatif tetapi juga membekas dalam memori siswa sebagai pengalaman pertama yang hangat dan menyenangkan di sekolah barunya.
Kegiatan ice breaking semacam ini juga terbukti mempercepat proses adaptasi siswa baru. Ketika mereka merasa bahwa lingkungan sekolah bisa menjadi tempat yang menyenangkan, maka proses pembelajaran ke depan pun bisa berjalan lebih lancar.
Panitia di berbagai sekolah pun kerap menjadikan sesi teka-teki ini sebagai agenda rutin setiap tahun, karena selain mudah diterapkan, juga mampu menjangkau semua siswa tanpa memandang latar belakang akademik atau sosial.
Istilah “Snack Aplikasi” misalnya, terdengar kekinian dan menggugah rasa ingin tahu para siswa baru.
Di balik sebutan itu, ternyata yang dimaksud adalah Chitato, keripik kentang bergelombang legendaris yang sudah dikenal luas di Indonesia. Mengapa disebut aplikasi?
Ternyata ini berasal dari cara penyebutan kata “Chitato” yang terdengar seperti nama aplikasi digital jika diucapkan dengan gaya anak muda yang tech-savvy.
Permainan kata ini mendorong siswa berpikir kreatif dan mengasah logika, sekaligus menambah keceriaan dalam suasana perkenalan sekolah yang biasanya formal dan kaku.
Teka-teki berikutnya, “Chiki Dalam Tanah”, merupakan plesetan dari merek camilan “Chiki Ku Suka”. Frasa ini membingungkan di awal, namun jika dipahami lebih jauh, “dalam tanah” bisa dimaknai sebagai sesuatu yang ditanam, dan kata “ku suka” menyiratkan kata “suka ditanam”, yang bila digabungkan membentuk asosiasi dengan nama snack tersebut.
Istilah ini menjadi salah satu favorit karena selain lucu, juga menantang siswa untuk memecahkan logika yang terselip dalam kata-kata sederhana.
Sementara itu, istilah “Biskuit 3D” juga sempat membingungkan peserta sebelum akhirnya banyak yang menebak bahwa yang dimaksud adalah Oreo.
Asal-usul julukan ini berasal dari tiga langkah khas dalam menikmati Oreo: diputar, dijilat, dan dicelup.
Ketiga langkah ini begitu melekat dalam benak masyarakat berkat kampanye iklan Oreo yang konsisten selama bertahun-tahun.
Maka, “3D” bukan menggambarkan bentuk fisik Oreo, tetapi merujuk pada tiga langkah cara makannya yang ikonik.
Dengan begitu, MPLS menggunakan pendekatan populer ini sebagai media untuk mengajak siswa berpikir out of the box dan melatih nalar dalam suasana santai.
Dengan kreativitas dan pendekatan yang segar seperti ini, MPLS 2025 terbukti bukan hanya soal mengenalkan aturan dan fasilitas sekolah, tetapi juga soal membangun atmosfer positif yang membuat siswa merasa diterima dan dihargai.
Dan siapa sangka, semua itu bisa dimulai hanya dari tebakan tentang camilan sederhana?***