Cilacap, serayunews.com
Kepala Teknisi Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, pertumbuhan awan-awan konvektif banyak terjadi disaat musim transisi, sebagai akibat dari pemanasan lokal yang intensif, salah satunya adalah pertumbuhan awan Cumulonimbus.
“Awan Cumulonimbus ini bisa menyebabkan cuaca ekstrem, yaitu hujan lebat secara tiba-tiba dengan durasi yang singkat, hujan lebat disertai petir, hujan lebat disertai angin kencang, hujan lebat disertai petir dan angin kencang, hujan es dan angin puting beliung,” ujarnya, Selasa (13/04).
Teguh mengatakan, bahwa arah angin mulai bervariasi bertiup, kondisi cuaca bisa tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau dari hujan ke panas, tetapi katanya, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah kemudian siang mulai tumbuh awan dan hujan menjelang sore hari.
“Tanda-tanda yang bisa kita rasakan saat musim Pancaroba adalah suhu udara terasa panas, lebih panas dari bulan-bulan sebelumnya,” ujarnya.
Teguh menambahkan, awan Cumulonimnus biasanya tumbuh disaat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepi batas awan yang jelas, namun menjelang sore hari, katanya, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir dan angin.
“Itulah kondisi cuaca saat musim pancaroba/transisi, keadaan cuaca menjadi tidak menentu, seperti dari panas tiba tiba terjadi hujan atau dari hujan tiba tiba menjadi panas, hal ini tentu saja bisa berdampak terhadap penurunan daya tahan tubuh,” ujar teguh.
Ia menambahkan, beberapa penyakit yang sering muncul pada saat musim pancaroba yang berkaitan dengan perubahan cuaca yang ekstrem seperti sekarang ini, sepert sakit Flu (batuk, pilek, demam), ISPA dan bisa juga DBD akibat pertumbuhan nyamuk Aedes Aegypti saat musim pancaroba yang cukup banyak.
“Pada saat kondisi suhu udara panas disekitar kita dan tiupan angin yang kering akan memudahkan debu masuk ke dalam saluran pernafasan yang dapat juga mengakibatkan terganggunya saluran pernafasan” ujarnya.