SERAYUNEWS – Bahasa Banyumasan menjadi salah satu bahasa Jawa yang terbilang unik dan beda dari bahasa Jawa umumnya. Siapa sangka, bahasa ini merupakan sumber dari bahasa Jawa lainnya.
Bahasa Jawa ngapak dulunya orang sebut juga sebagai bahasa Kuna. Hal itu karena ada pengaruh beberapa kerajaan yang memimpin dahulu, bahasa Jawa tumbuh dan bergeser. Namun, masyarakat Banyumas tetap mempertahankan bahasa Kuna atau ngapak ini.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahasa ini merupakan bahasa tertua di Jawa dan menjadi sumber dari cikal bakal bahasa kromo yang sekarang menjadi bahasa halus masyarakat Jawa pada umumnya.
Bagaimana bahasa Banyumasan bisa disebut sebagai sumber bahasa Jawa lain dan termasuk bahasa tertua di Pulau Jawa?
Pada abad ke-6 hingga abad ke-10, kerajaan Budha dan Hindu menguasai Pulau Jawa, beragam kerajaan silih berganti menguasai serta memperluas daerah kekuasaannya.
Ketika kerajaan Mataram memimpin pada abad ke-16, terjadilah beragam perubahan budaya serta bahasa yang ada di Jawa. Agama Hindu yang menerapkan sistem kasta membuat bahasa Kuna bergeser oleh bahasa Kromo.
Bahasa Kuna yang mulanya tidak mengenal sistem kasta, berganti dengan bahasa Kromo yang menerapkan sistem budaya tergantung pada siapa yang menjadi lawan bicara.
Oleh sebab itu, muncul budaya serta bahasa baru dalam Jawa, seperti saja dulu ejaan A (Hanacaraka) berganti O (Honocoroko)
Alasannya, karena masyarakat Banyumas sulit berkonsolidasi dengan kerajaan Mataram. Pengaruh itu yang membuat Banyumas tidak terpapar terhadap bahasa serta budaya yang memiliki pengaruh Kerajaan Mataram
Hal itulah yang membuat bahasa Kuna, ngapak, atau Banyumasan masih asri dalam kehidupan sehari-hari. Itu tetap terjaga, meski kini bahasa Kromo juga sudah masuk dan menjadi bahasa Jawa alus yang kebanyakan masyarakat Jawa gunakan.***(Umi Uswatun Hasanah)