Purbalingga, serayunews.com
Executive General Manager Kepala Cabang BJB Soedirman Purbalingga, Catur Sudarmono mengatakan, fasilitas BJB Soedirman di Wirasaba Purbalingga selalu siap menjadi tempat landing maupun take off pesawat jenis ATR. Termasuk jika digunakan untuk angkutan mudik Lebaran.
“Kapanpun pesawat masuk, kita siap memberikan pelayanan. Sesuai jam operasional dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Hanya saja untuk mudik Lebaran tahun ini, belum ada kepastian,” katanya.
Saat ini, pengelola sedang melakukan persiapan di antaranya menginisiasi langkah-langkah strategi dengan pemerintah daerah agar ada trafik penerbangan ke BJB Soedirman Purbalingga.
“Sedang kita usahakan, barangkali ada teman-teman dari eks karesidenan Banyumas yang ingin mudik ke kampung halaman lewat bandara,” kata Catur.
Jika ternyata kuota penumpang mencukupi untuk dilakukan penerbangan, maka akan dilayani. Sebab, maskapai membutuhkan kepastian jumlah penumpang yang akan terbang ke Purbalingga agar bisa dihitung jumlah seatnya. Karena, penerbangan ini sifatnya carter dengan airlines.
“Nanti bisa didata dari beberapa wilayah. Setelah itu akan dinegosiasikan Carter dengan airlines. Tapi itu belum pasti, karena data calon penumpang yang ada di daerah belum A1,” katanya.
Sejak beroperasi pada Juni 2021, Bandara JBS sampai saat ini belum menunjukan kenaikan trafik. hanya ada satu satu pesawat komersial baling-baling jenis Turboprop ATR 72-600 milik Citilink yang hingga terakhir masih beroperasi dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta dan Bandara Juanda Surabaya.
Terakhir kali ada penerbangan komersial, pada November 2021. Setelah itu, BJB Soedirman Purbalingga hanya digunakan untuk pesawat Carter.
“Penerbangan sementara dari Halim masih closed, karena perbaikan runaway. Jadi penerbangan ke Purbalingga, saat ini tidak ada dan hanya ada pesawat Carter sebulan sekali atau dua kali. Jenis pesawatnya Hawker tipe jet pribadi yang tidak masuk regulasi data angkutan udara yang sifatnya normal, karena unschedule,” kata dia.
Jntuk rute penerbangan dari Bandara Juanda Surabaya, animo masyarakatnya tidak begitu banyak. Berbanding terbalik dengan biaya operasional yang harus dikeluarkan.
“Kenapa awalnya Citilink mengambil rute Surabaya, karena pesawat stay-nya di sana. Yang reguler baru ke Halim dan Surabaya. Nah sementara dari Halim yang banyak penumpangnya, kalau dari Surabaya itu memang belum ada penumpang. Lebih banyak Jakarta. Namun Citilink tidak bisa landing di Soekarno Hatta. Karena pesawat kecil tidak mungkin landing di sana,” kata Catur.