Purwokerto, Serayunews.com- Sejak kejadian tsunami yang melanda Aceh belasan tahun lalu, bencana alam tersebut memberikan kenangan buruk tersendiri. Banyak masyarakat yang trauma dan khawatir akan adanya bencana alam serupa.
Apalagi, kondisi geografis Indonesia cukup rawan terjadi gempa bumi. Karena struktur lipatan dan patahan di Indonesia membuat sering terjadi gempa bumi di berbagai titik. Baik gempa bumi kecil hingga cukup besar seperti yang terjadi di Yogyakarta dan Palu beberapa tahun lalu.
Sejak beberapa tahun yang lalu beberapa peneliti telah melakukan kajian potensi kejadian tsunami di Pantai Selatan Jawa yang dapat mencapai ketinggian 20 meter akibat gempa bumi megahtrust. Metode, pendekatan, dan asumsi yang dilakukan dalam tiap penelitian tersebut berbeda, namun hasilnya kurang lebih sama, yaitu adanya potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian sekitar 20 meter.
Dosen Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed Dr Ir Asmoro Widagdo ST MT IPP mengatakan beberapa waktu terakhir muncul isu menarik dan mengkhawatirkan yang banyak dibicarakan dimedia masa dan media sosial, yakni adanya ancaman tsunami 20 meter diselatan Jawa. Pengungkapan isu ini berdasar pada kajian beberapa penelitian, termasuk penelitian terakhir yang dilakukan tim interdisipliner dari Institut Teknologi Bandung (ITB-Bandung) yang didukung oleh BMKG, KKP, dan BIG dilakukan berdasarkan analisis data-data kegempaan BMKG dan pemodelan tsunami dengan beberapa skenario.
Ahli Geologi Struktur Patahan ini mengatakan hasil penelitian yang disampaikan para ahli tersebut masih berupa potensi kejadian bukan prediksi kejadian.
“Berbicara potensi kejadian terkait dengan posisi Jawa pada tepi benua aktif di mana disini ada zona penunjaman lempeng yang berpotensi menggetarkan zona di atasnya. Potensi ini akan ada sepanjang masa geologi yang dapat mulai dari ratusan juta tahun lalu dan masih akan berpotensi hingga ratusan juta tahun mendatang,” kata dia.
Pada kasus gempa bumi dan tsunami kata dia, potensi kejadiannya dapat terjadi dalam rentang waktu yang sangat pajang. Sehingga prediksi kejadiannya hampir tidak mungkin mencapai akurasi hari atau jam kejadian. Jalur kejadian tsunami ini juga panjang, dari Sumatera hingga Nusa Tenggara. Sehingga kapan serta di mana titik lokasi yang akan pertama melepaskan energi pemicu tsunami sangat sulit ditentukan.
Menurutnya, hasil kajian yang mengungkapkan adanya potensi tsunami 20 meter tidak perlu membuat masyarakat khawatir. Namun cukup untuk menambah kewaspadaan sistemik oleh pihak terkait saja.
Ia mengatakan, sampai saat ini belum ada alat yang mampu memprediksi kejadian gempa/tsunami hingga menentukan waktu kejadian. Karena skala kejadiannya yang panjang boleh jadi tsunami ini baru akan terjadi beberapa generasi kedepan.
“Tujuan utama penelitian agar masyarakat mempersiapkan diri untuk menghadapi tsunami, bukan takut dan khawatir berlebihan. Yang harus dilakukan adalah membangun kesiapan bersama menghadapi potensi tsunami. Upaya ini dapat melalui kajian dan pembangunan infrastruktur yang antisipatif,” ujarnya.
Menurutnya, model-model rumah panggung di Indonesia Timur dapat diadopsi untuk diterapkan di selatan Jawa. Jalan-jalan utama berarah utara-selatan perlu diperlebar dan di perbanyak. Sehingga proses evakuasi dapat dilakukan dengan lancar. Edukasi kebencanaan perlu dilakukan pada anak sejak dini di sekolah-sekolah untuk menanamkan kesadaran dan kesiapsiagaan.
Dosen yang juga anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia IAGI ini mengatakan, pada intinya dalam menghadapi potensi bencana tsunami, masyarakat diharapkan tidak panik.
“Kita kenali bahaya di lingkungan sekitar kita dan kita pelajari cara bagaimana menyelamatkan diri,” katanya.
Masyarakat yang tinggal di bibir pantai kata dia, perlu terhubung dengan sumber informasi yang terpercaya. Supaya tidak mudah termakan isu-isu yang menyesatkan yang banyak di media sosial.
Penanaman kesadaran dimanapun bencana ada di sekitarnya perlu ditanamkan. Bencana tersebut seperti tsunami, gempa, longsor, banjir, kebakaran, meteor jatuh, letusan gunung api, dan sebagainya. Tsunami hanya satu dari sekian banyak bencana yang mau atau tidak mau harus kita akrabi di samping bencana yang lainnya.