Budidaya terpadu lahan pekarangan pun dilakukan oleh warga Desa Mernek Kecamatan Maos, sebagai inovasi untuk memanfaatkan lahan. Dalam satu lahan, warga memanfaatkan pertanian hidroponik, budidaya ikan lele, peternakan ayam petelur dan bidudaya maggot dalam satu tempat.
Keempat budidaya tersebut dilakukan secara terintegrasi, seperti perairan hidroponik yang menggunakan air dari kolam ikan lele. Budidaya maggot sebagai pakan ikan lele. Hingga pemanfaatan limbah berupa kotoran hewan menjadi pupuk organik untuk pertanian.
“Ini merupakan program Smart Mernek Jenek, yang memadukan peternakan, perikanan dan pertanian dalam satu tempat,” ujar Aprilianti Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Bunga Desa yang mengelola budidaya tersebut.
Untuk pertanian hidroponik, KWT Bunga Desa menanam sayur selada, kangkung, kale, cabai, pokcoy, tomat, dan sayuran lainnya. Setiap hari, sayur organik tersebut juga sudah laris manis dibeli oleh warga sekitar, penjual makanan maupun warga dari kampung lain. Bahkan, kini penjualannya pun secara online, melalui media sosial.
Sama halnya dengan ayam petelur, setiap hari sedikitnya ada 18 telur yang dihasilkan dari 20 ayam yang diternak. Begitu juga dengan lele, yang dipanen setiap 3 bulan sekali. Bahkan kedepan, KWT Bunga Desa akan mengembangkan abon lele, sebagai olahan maknan, untuk meningkatkan penghasilan.
Omset penjualan pun bisa mencapai Rp 1 juta lebih setiap bulannya. Selain untuk operasional, hasil penjualan juga digunakan untuk mengembangkan Smart Mernek Jenek, dan juga menambah penghasilan anggota KWT, yang berjumlah sekitar 70 orang.
“Alhamdulillah, bisa menambah penghasilan anggota KWT, minimal masalah kebutuhan dapur dipenuhi disini, ada sayurnya, ada lele buat lauknya, kita bisa untuk memenuhi kebutuhan gizi anggota KWT Bunga Desa,” ujarnya.
Ditengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, sektor pertanian, peternakan maupun perikanan, menjadi yang tidak terdampak banyak. Apalagi, masyarakat memanfaatkan langsung lahan pertanian dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri.
Kepala Desa Mernek Bustanul Arifin mengatakan dengan adanya Smart Mernek Jenek, budidaya yang terintegrasi seperti dikala pandemi saat ini efeknya sangat positif dan tetap berjalan.
“Potensi di Desa Mernek ini ada perikanan, pertanian, dan peternakan, melihat potensi ini, sehingga bagaimana membuat usaha yang lebih kecil tetapi menghasilkan setiap hari,” katanya.
Menurutnya, hal itu sudah terbukti, apalagi disaat pandemi seperti saat ini. Usaha dari Smart Mernek Jenek tidak terpengaruh adanya Covid-19. Sayur tetap tumbuh, ayam tetap bertelur, lele juga tetap bertumbuh dan tetap memberikan penghasilan bagi warga, terutama ibu rumah tangga.
“Kita mengembangkan kelompok wanita tani, agar ibu-ibu ini, tidak hanya mengurusi pekerjaan rumah, kasur, sumur, dapur, tetapi kita menginginkan ibu-ibu yang memiliki aktivitas lebih agar bisa membantu pendapatan suaminya,” ujarnya.
Masyarakat lainnya juga didorong untuk melakukan hal sama dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah untuk menanam sayur, maupun palawija. Saat ini sudah ada empat kelompok yang juga mengembangkan Smart Mernek Jenek.
“Bisa menjadi tambahan penghasilan keluarga, tambahan penghasilan ini bukan berarti tidak harus uang, tetapi dengan menanam sayuran sendiri, bisa memetik sendiri sehingga mengurangi uang belanja,” katanya.
Menurutnya Mernek Jenek merupakan cita-cita setiap warganya untuk mewujudkan lingkungan yang nyaman dan sejahtera.
Budidaya terpadu memanfaatkan lahan tersebut juga menjadi binaan oleh Pertamina melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) atau Corporoate Social Responsibility (CSR) di Desa Mernek, Kecamatan Maos, untuk menjadikan suatu kawasan yang berdikari.
Kevin Kurnia Gumilang Pjs Unit Manager (UM) Communication, Relations, & CSR Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV wilayah Jawa Bagian Tengah (JBT) mengungkapkan pihaknya telah melaksanakan program pemberdayaan masyarakat bertajuk ‘Mernek Jenek’ sejak tahun 2018, melalui unit operasi Fuel Terminal Maos.
“Sebelumnya masyarakat di Desa Mernek memiliki permasalahan pengangguran dan rendahnya minat masyarakat terhadap potensi yang dimiliki desa. Sehingga potensi yang ada di desa tidak terkelola secara maksimal,” ujarnya.
Padahal, ada banyak potensi yang bisa dikembangkan oleh masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga pihaknya mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan pertanian, peternakan, dan perikanan secara terintegrasi, serta mampu mengolah limbah tersebut menjadi nilai tambah atau dengan inovasi zero waste.
Sehingga tidak hanya kebutuhan pangan yang terpenuhi, tapi juga dapat menjadi sumber penghasilan sendiri bagi masyarakat.