Banjarnegara, serayunews.com
Seiring berjalannya waktu, Cahyana Teater ini terus tergusur oleh waktu, bahkan kini tinggal rumput liar yang tumbuh subur. Bangunan utama bioskop tersebut, sudah rata dengan tanah.
Pada era 80 hingga 90an, keberadaan Cahyana Teater ini sering dan menjadi tempat favorit para kawula muda. Bahkan bioskop Cahyana ini juga menjadi tempat yang paling tepat, untuk menjadi titik berkumpulnya semua orang dari segala lapisan.
“Dulu saat saya masih SMA, tempat yang paling asyik buat nongkrong ya di situ (bioskop). Karena memang saat itu tidak ada tempat hiburan lain, bahkan sekadar warung seperti kafe juga belum ada. Jadi ya, nongkrongnya di bioskop meski bukanya pada jam tertentu,” kata Hilal (46), warga Banjarnegara.
Menurutnya, Cahyana Teater adalah satu-satunya gedung bioskop di Banjarnegara yang kini sudah tutup. Tak hanya itu, tempat ini juga banyak digunakan kawula muda yang sedang berpacaran.
“Kalau dulu pacaran ya nonton, paling makan atau jajan di kantin yang ada di dalam gedung,” ujarnya.
Banyak kaum muda yang rela menyisihkan uang jajan, untuk bisa nongkrong sembari nonton film di bioskop tersebut.
“Zaman saya tiket masih Rp 300,” katanya.
Tanggapan dan bukti kejayaan Cahyana Teater, juga diungkapkan oleh Tejo Sumarno. Tokoh masyarakat yang tinggal persis di depan gedung tersebut mengaku, gedung tersebut dulunya adalah gedung ketoprak Sidoagung.
Seiring semakin surutnya tontonan rakyat itu, pemilik gedung yang bernama Cuk Yan, mengubah gedung pertunjukan ketoprak itu menjadi gedung bioskop.
“Sekitar tahun 1972 gedung itu berubah menjadi Cahyana Teater dan ini menjadi satu-satunya di Banjarnegara,” ujarnya.
Menurutnya, meski hanya memiliki satu ruangan dengan kapasitas 400 tempat duduk, gedung bioskop ini selalu penuh saat film tertentu seperti Rhoma Irama, maupun film laga nasional lainnya. Bahkan saat ramai, pengunjung bisa mencapai 800 orang.
“Kalau film Rhoma Irama, biasanya sampai membludak. Penonton tidak hanya duduk di kursi, tetapi ada yang lesehan dengan membawa tikar juga dalam bisokop,” katanya.
Dikatakannya, meski bernama Cahyana Teater, jangan berpikir bahwa tempat duduk di dalam biskop berupa sofa atau tempat duduk seperti biskop zaman sekarang. Tempat duduk Cahyana Teater ini, terbuat dari plat besi atau seperti kursi kaleng yang biasa ditemui pada orang hajatan.
Beberapa film yang selalu menyedot perhatian masyarakat Banjarnegara adalah Film Rhoma Irama. Dia masih ingat betul ketika beberapa judul film Rhoma Irama seperti Balada, Satria Bergitar ini selalu penuh sesak, banyak orang dataran tinggi Banjarnegara turun hanya untuk menonton di Bioskop Cahyana.
“Pemutaran film dilakukan pada tiga sesi, yakni pukul 14.00, 16.00 dan 19.00. Kalau ada film baru yang lagi ramai, juga ada pemutaran tengah malam atau midnight. Biasanya, para kawula muda memilih nonton jam 16.00 atau jam 19.00 WIB, yang pasti kebanyakan dari mereka nonton sambil membawa pacarnya,” katanya.
Tak hanya itu, percaloan tiket juga marak saat film-film tertentu. Tak hanya itu, dalam ruangan saat pertunjukkan film berlangsung juga ada hiburan lain, termasuk kepulan asap rokok dari penonton.
“Kalau sekarang penonton dilarang merokok dalam ruangan. Kalau dulu ngga, penonton bebas udad-udud di dalam ruangan sambil makan makanan yang dijual di kantin depan,” katanya.
Uniknya lagi, sistem antrean tiket sebelum pertunjukkan hanya ada dua loket dengan pembatas kaca dan hanya ada lobang kecil cukup untuk melayani satu tangan orang dewasa. Sehingga saat ramai penonton, antrean panjang mengular hingga ke jalan raya. Belum lagi orang pingsan karena tergencet penonton lain, saat antre tiket.
Tak cukup sampai di situ, saat berada dalam ruangan dan menyaksikan pertunjukkan, sorak sorai penonton ikut menambah kemeriahan saat lakon dari film itu keluar. Meski begitu, penonton tidak ada yang terganggu dengan teriakan dan sorak-sorak penonton. Semua gembira dan menikmati pertunjukkan tersebut.
“Ada beberapa film yang selalu ramai penonton, mulai dari film yang dibintangi Rhoma Irama, Warkop DKI, Suzana, dan Barry Prima. Film india juga ramai kalau yang main Tuan Takur,” katanya.
Meski sempat booming dan menjadi tempat favorit para kawula muda, kejayaan Bioskop Cahyana semakin memudar seiring dengan maraknya peredaran VCD maupun DVD. Akhirnya berangsur Cahyana Teater sepi dan resmi tutup, sekitar tahun 1996 atau sebelum munculnya krisis yang berujung reformasi tahun 1998.
Kejayaan dan romantisme gedung tersebut, kini tinggal kenangan. Gedung yang dulu kokoh, mulai rapuh seiring dengan tumbuhnya rumput liar hingga akhirnya ambruk dan rata dengan tanah.
Hanya rumput liar yang tumbuh pada hamparan lahan yang masih dibiarkan kosong, setelah bangunan gedung ambruk dimakan usia.