SERAYUNEWS – Keberadaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), sebagai pengelola sejumlah destinasi wisata di Banyumas, dinilai menjadikan beban Anggaran Pendapatan Asli Daerah (APBD).
Pasalnya, pendapatan BLUD sampai saat ini belum bisa optimal. Sementara, utang sekitar Rp187 miliar, sebagai permodalan BLUD tetap harus dibayar. Sehingga Pemkab Banyumas setiap tahun harus mengalokasikan dari dana APBD.
“Karena hampir tiga tahun ternyata pengelolaan BLUD masih lesu, belum optimal, tapi kan utang harus tetap dibayar. Jadi ya membebani APBD,” kata wakil Ketua DPRD Banyumas, Supangkat, Kamis (16/05/2024).
Permodalan BLUD didapat dari pinjaman dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang hampir Rp200 miliar. Proyek senilai itu bukan lah proyek kecil. Sedangkan yang tersebut juga harus dikembalikan. Jika dari hasil pengelolaan BLUD belum optimal, maka akan mempengaruhi pada rencana proyek pembangunan lainnya.
“Karena jumlahnya banyak dan perlu dikembalikan, malah ada dana yang lain yang dipangkas. Memangkas kegiatan yang lain, misalnya mau bangun jembatan tidak jadi. Ada juga pembangunan infrastruktur lain tapi dana direfokusing,” kata Politikus Golkar ini.
Hal senada disampaikan oleh Ketua DPRD Kabupaten Banyumas dr Budhi Setiawan. Selama ini manajemen BLUD belum menunjukkan performa yang bagus. Maka dirasa sangat perlu untuk dilakukan evaluasi. Sehingga bisa diketahui dan dicarikan solusi agar bisa mengoptimalkan pendapatan.
“Karena kita dulu sepakat, dengan kita utang tidak membebani APBD. Tapi ternyata pendapatannya kan tidak tidak bisa dicapai, nah ini yang harus dievaluasi, kenapa ngga bisa dicapai,” kata dr Budhi.
Beberapa destinasi yang di bawah pengelolaan BLUD yakni Menara Teratai, Mas Kemambang, Taman Botani, dan Lokawisata Baturraden.
Sedangkan pendapatan dari Lokawisata Baturraden, yang dulunya masuk sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekarang masuk ke BLUD. Artinya, sejumlah yang uang harus masuk menjadi keuangan daerah, sekarang hilang.
“Sekarang dapat dari sana (Baturraden, red), kurang di Menara Pandang, nggo nyurugi ngonoh (Menara Pandang, red) , ya dadi ora genah. Kalau saya intinya, kalau pariwisata jadi BUMD saja, bukan BLUD, nanti ke depannya,” kata dia.