SERAYUNEWS – Digitalisasi sistem pembayaran melalui QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) terbukti mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah Banyumas Raya.
Dengan lebih dari 21 juta transaksi tercatat hanya dalam empat bulan pertama 2025, masyarakat dan pelaku usaha semakin akrab dengan pembayaran non-tunai.
Hal ini diungkapkan oleh Alnopri Hadi, Kepala Unit Data Statistik dan Kehumasan KPwBI Purwokerto, dalam pemaparan kondisi ekonomi daerah mewakili Kepala KPwBI Christoveni, pada Senin (28/7/2025).
“Volume transaksi QRIS Banyumas Raya dari Januari hingga April 2025 mencapai 21.004.701 kali,” ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi Banyumas Raya—meliputi Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, dan Cilacap—mencapai 2,35% (year-on-year) pada Triwulan I 2025.
Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga saat momen Idulfitri dan semakin luasnya penggunaan sistem pembayaran digital seperti QRIS.
Kabupaten dengan pertumbuhan tertinggi yaitu:
Sementara itu, Cilacap mengalami kontraksi sebesar -0,87% akibat penurunan tajam pada sektor sekunder.
Sepanjang Januari–April 2025, volume transaksi QRIS mencapai 21 juta kali, meningkat tajam dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Total nominal transaksinya bahkan menembus Rp2,06 triliun, atau dua kali lipat lebih besar dari awal tahun 2024 yang hanya Rp1,08 triliun.
Jumlah merchant QRIS di Banyumas Raya pun melonjak tajam:
Adopsi QRIS tidak hanya merambah kota, tapi juga menjangkau wilayah desa dan sektor informal—seperti pasar tradisional, PKL, jasa parkir, hingga pembayaran pajak daerah.
Bank Indonesia menilai digitalisasi melalui QRIS mampu memperkuat daya saing UMKM. Para pelaku usaha kini menikmati manfaat berupa:
Selain itu, masyarakat di daerah tanpa akses perbankan kini lebih mudah terhubung dengan sistem keuangan formal.
Sektor perdagangan, transportasi, dan jasa lainnya mencatat pertumbuhan positif:
Kenaikan ini sejalan dengan kemudahan transaksi digital, baik untuk belanja barang maupun layanan.
Berbeda dengan tiga wilayah lainnya, Cilacap mencatat pertumbuhan negatif pada sektor sekunder (-6,05%) dan investasi (-0,12%).
Hal ini menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk segera merumuskan strategi pemulihan ekonomi berbasis digital.
KPwBI Purwokerto menegaskan komitmennya mendorong ekosistem ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan. Selain ekspansi QRIS, edukasi keuangan digital juga terus ditingkatkan demi menciptakan masyarakat yang tangguh secara finansial.
Dengan capaian ini, Banyumas Raya terbukti memiliki potensi besar sebagai kawasan penopang ekonomi digital berbasis kerakyatan yang modern dan kompetitif.