Cilacap, serayunews.com
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, peran dari aplikasi ini adalah untuk memback-up sistem peringatan dini tsunami apabila terjadi kendala sepeti sinyal putus yang disebabkan listrik mati, sehingga memanfaatkan radio HT (Handy Talky) dan Aplikasi SIRITA.
Menurutnya, sistem peringatan dini yang telah disiapkan oleh BMKG yakni sistemnya pada bagian hulu dikoordinasikan oleh BMKG melalui bagian observasi, pengumpulan data, prosesing, analisis, dan peringatana dini. Informasi yang dihimpun dikirimkan ke masyarakat melalui Pemerintah Daerah dalam hal ini BPBD Pusdalops (Pusat Pengendalian dan Operasi).
“Aplikasi yang diresmikan adalah belajar dari fakta di lapangan, sampai Pusdalops itu tidak menjamin bisa langsung ke masyarakat antara lain karena gempanya kuat listrik mati sehingga alat di Pusdalops ikut mati sehingga peringatan dini macet disini,” ujar Dwikorita saat menyusuri jalur evakuasi sejumlah titik di Cilacap, Senin (04/10).
Cilacap dipilih sebagai pilot project pengembangan aplikasi tersebut, karena Cilacap yang wilayah kotanya dekat dengan pantai dan terdapat sejumlah aset nasional ada di Cilacap, seperti Pertamina, Semen (SBI) dan PLTU. Menurutnya akan berpengaruh secara nasional jika infrastrukturnya lumpuh, sehingga pihaknya mengajak kerjasama seluruh pihak.
“Kita kerja bareng, peringatan dini atau mitigasi bencana akan sia-sia kalau kita kerja sendiri-sendiri,” ujarnya.
Selain itu, peringatan dini tsunami berbasis radio dan android juga untuk membantu pemberitahuan kepada masyarakat mengingat semakin banyaknya EWS yang rusak, sedangkan Pemda yang ikut memelihara terbatas dengan anggaran, karena biaya pemeliharaan EWS yang dinilai cukup tinggi, sedangkan suku cadang sulit di dapat.
Dari data BPBD Cilacap, saat ini EWS di Cilacap berjumlah 29 unit dengan rician 3 unit milik BMKG terpasang di Kelurahan Tegalkamulyan dan Jetis, sedangkan 26 lain tersebar di sejumlah titik. Namun dari jumlah tersebut ada 11 unit yang sudah rusak.
Selain mengembangkan EWS Radio Broadcaster, BMKG juga mengembangkan Aplikasi Sirine Tsunami berbasis Telepon Seluler Android atau SIRITA (Sirens for Rapid Information on Tsunami Alert).
Inisiator pengembangan dua sistem peringatan dini gempa dan tsunami tersebut Setyoadjie Prayoedhie mengatakan, Radio Broadcaster salah satu media desiminasi info gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG, peringatan dini disampaikan dalam bentuk suara tidak berbasis teks atau grafis sehingga harapannya bisa menjangkau kelompok masyarakat rentan.
“Dengan menggunakan teknologi sederhana, masyarakat cukup tune frekuensi yang digunakan oleh BPBD, otomatis ketika terjadi gampa bumi mereka akan mendapat info tersebut,” ujarnya sekaligus sebagai Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara.
Sedangkan aplikasi SIRITA dikembangkan, karena keterbatasan jumlah sirine yang terpasang, sehingga pihaknya kembangkan aplikasi sirine tsunami berbasis telepon seluler. Jadi ketika BPBD mengaktifkan fitur warningnya otomatis HP akan berbunyi meski dalam keadaan silent (diam) ataupun getar, karena apalikasi disetting akan berbunyi dalam kondisi apapun.
Ditarget dalam satu keluarga ada yang menginstal aplikasi ini, sehingga harapannya seluruh masyarakat khususnya yang di pesisir atau terdampak bisa mendapatkan informasi tersebut.
“Memang setiap IT menggunakan data internet kekurangnnya mungkin disana, tapi kalau berkaca dengan kejadian gempa di Palu, biasanya kerusakan jaringan telekomunikasi seluler itu sekitara 5-15 menit pasca gempa bumi, harpannya kalau petugas Pusdalops sigap ketika info gempa bumi dalam 5 menit ada peringatan dini tsunami langsung aktivasi pasti masyarakat langsung terinfo,” ujarnya.
Selain peluncuran sistem informasi gempa berpotensi tsunami, dalam kegiatan tersebut juga dilakukan penyusuran jalur evakuasi yang dimulai dari perkampungan nelayan di Kelurahan Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, menuju Jalan Gatot Soebroto, Cilacap.
Susur jalur evakuasi tersebut merupakan bagian dari skenario simulasi mandiri saat terjadi gempa bumi berkekuatan 8,7 Skala Richter (SR) yang berpusat di 224 kilometer dengan kedalaman 20 kilometer serta berpotensi tsunami.
“Bukan kita berharap ini terjadi, tetapi ini adalah bagian kesiapsiagaan masyarakat apabila terjadi (gempa dan tsunami) artinya kita memetakan skenariao terburuknya. Terimakasih kepada BMKG yang terus mendampingi dan melatih masyarakat untuk kesiapsiagaan bencana megatrush,” ujar Wakil Bupati Syamsul Auliya Rachman.