SERAYUNEWS – Kebanggaan bagi Indonesia datang dari Chiang Mai, Thailand. Seorang siswa berusia tujuh tahun asal Bojonegoro, Jawa Timur, sukses mengukir prestasi luar biasa di ajang bergengsi Thailand International Mathematical Olympiad (TIMO) 2025.
Parama Hansa Abhipraya, atau yang akrab disapa Rama, berhasil meraih gelar World Star Champion setelah memperoleh nilai sempurna di seluruh kategori soal.
Tak tanggung-tanggung, Rama membawa pulang delapan trofi kemenangan dan medali emas terbanyak, menjadikannya pemegang rekor di kompetisi matematika internasional tersebut.
Ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia tidak pernah kekurangan generasi emas yang siap bersinar di pentas dunia.
Rama bukan anak biasa. Sejak usia tiga tahun, ia sudah menunjukkan ketertarikan besar terhadap matematika.
Ketekunannya mendapat dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Kini, meski masih duduk di bangku kelas 1 SD Yasporbi 1 Jakarta, Rama telah menguasai konsep matematika di atas rata-rata anak seusianya.
Kemampuan luar biasa Rama dalam bidang angka membawanya menaklukkan ratusan peserta dari berbagai negara.
Dengan penuh percaya diri, ia menjawab semua soal di ajang TIMO dengan hasil sempurna—prestasi yang bahkan sulit dicapai oleh siswa yang lebih tua sekalipun.
Prestasi Parama tidak hanya berhenti di ajang TIMO. Bocah multitalenta ini juga telah mengukir jejak gemilang di berbagai kompetisi nasional dan internasional, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Berikut beberapa pencapaian gemilangnya:
Prestasi yang begitu beragam ini menunjukkan bahwa Rama bukan hanya unggul dalam logika dan angka, tetapi juga memiliki kemampuan luar biasa di bidang seni dan olahraga.
Tak bisa dipungkiri, prestasi Parama juga lahir dari dukungan besar orang tua dan lingkungan pendidikan yang positif.
Dengan bimbingan yang tepat dan pendekatan belajar yang menyenangkan, Rama tumbuh menjadi anak yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki mental juara.
Pendidikan usia dini yang berfokus pada minat dan potensi anak menjadi kunci utama. Orang tua Rama berhasil mengarahkan bakat anaknya tanpa memaksakan.
Hal ini bisa menjadi inspirasi bagi para orang tua lainnya di Indonesia agar lebih peka terhadap minat anak sejak dini.
Kisah Rama seharusnya menjadi pengingat bagi semua pihak—mulai dari pemerintah hingga masyarakat umum—bahwa investasi dalam pendidikan dan pengembangan minat anak sejak usia dini sangat penting.
Dukungan terhadap anak-anak berprestasi seperti Rama harus terus dikembangkan, baik melalui fasilitas belajar, beasiswa, hingga akses ke kompetisi internasional.
Bayangkan jika lebih banyak anak seperti Rama mendapat ruang untuk tumbuh dan berkembang. Indonesia bukan hanya akan dikenal sebagai negara besar, tetapi juga sebagai bangsa yang kaya akan generasi cemerlang di berbagai bidang.
Kisah sukses Rama bukan hanya untuk dibanggakan, tetapi juga untuk dijadikan inspirasi.
Anak-anak Indonesia lainnya perlu tahu bahwa mereka juga bisa bersinar asal memiliki kemauan, bimbingan yang tepat, dan kesempatan.
Mari kita semua ikut berperan dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, mendukung potensi anak-anak sejak dini, dan menjadikan prestasi seperti yang diraih Rama bukan sebagai pengecualian, melainkan sebagai kebiasaan baru bagi generasi muda Indonesia.***