SERAYUNEWS – Pertemuan Budiman Sudjatmiko dengan Prabowo Subianto masih menjadi perbincangan hangat meski sudah berlalu. Sahabat Budiman dari Banyumas, menegaskan serta menjamin jika Budiman merupakan sosok yang sangat menjunjung tinggi loyalitas kepada ideologi serta pemimpinnya.
Jarot C Setyoko yang merupakan sahabat Budiman sejak masih di pergerakan mengatakan, ada tiga tokoh yang sangat Budiman hormati, yaitu Megawati karena konsistensinya terhadap ideologi, Gus Dur yang merupakan tokoh bangsa visioner, dan Jokowi selaku Presiden RI. Dalam berbagai diskusi terbatas, Budiman selalu menyampaikan, tidak akan pernah menempatkan mereka pada sisi yang berseberangan dengan kepentingan politik dia.
Jarot juga menyebut, sahabatnya tersebut merupakan orang yang betah miskin dan merupakan cerminan dari konsistensi. Kenal sejak tahun 2007 hingga menghantarkan Budiman menuju kursi DPR RI pada pemilu 2009 dan 2014, Jarot bersaksi bahwa Budiman tidak pernah melakukan pelanggaran apapun di partai.
“Sebaliknya, justru banyak perjuangan Budiman yang berhasil dan tidak mendapatkan apresiasi yang layak. Salah satunya adalah UU Desa, di mana ia benar-benar berjuang sendirian. Mulai dari mengorganisir di dalam parlemen, menyiapkan draf RUU hingga di luar juga mengorganisir perangkat desa, pegiat kemajuan desa untuk bersama-sama melakukan tekanan kepada pemerintahan SBY supaya RUU Desa menjadi UU,” ungkapnya pada serayunews, Jumat (21/7/2023).
Jarot memaparkan, jika UU Desa dianggap baik, seharusnya Budiman mendapat apresiasi atas perjuangannya, Namun, nyatanya sampai saat ini, ia tidak mendapat apresiasi sekecil apapun dan hal tersebut tidak membuatnya risau. Karena ketika bisa mewujudkan cita-citanya dan membawa manfaat bagi banyak orang, hal tersebut sudah cukup untuk Budiman.
“Ketika PDI Perjuangan berkuasa, Budiman adalah orang yang tidak pernah mau mengkritik pemerintah. Saya pernah sedikit guyon dengan dia, saya sampaikan selaku sahabatnya, jika akan menjadi oposan lakukanlah! Kemudian dia balik bertanya, lalu kamu bagaimana? Saya jawab, sebagai kader partai tentu saja saya harus tetap tunduk dan taat kepada aturan partai serta loyal. Dan sampai hari ini, Budiman tetap tidak pernah mengucapkan kritik,” ucapnya.
Terkait pertemuan Budiman dengan Prabowo baru-baru ini, Jarot mengaku cukup terkejut. Meskipun pada tiga hari sebelum pertemuan tersebut, Jarot sempat kontak dengan orang-orang lingkaran Budiman di Jakarta dan mereka mengatakan akan ada sesuatu yang dilakukan Budiman dalam waktu dekat ini. Namun, ia tidak pernah menyangka jika yang dilakukan adalah bertemu dengan Prabowo.
“Budiman mulai berkomunikasi dengan Prabowo sejak masuk kabinet, itu pun hanya sebatas komunikasi seputar kegiatan. Budiman memang orang yang sangat suka berdiskusi dengan siapapun, tetapi terus terang saya sama sekali tidak menyangka kalau ia akan bertemu dan berdiskusi dengan Prabowo. Sekalipun secara verbal tidak ada ucapan dukungan kepada Prabowo, tetapi momen pertemuan tersebut mengejutkan banyak pihak,” tuturnya.
Lebih lanjut Jarot mengatakan, masih banyak cita-cita Budiman yang ingin diwujudkan, misalnya tentang teknologi informasi, kedaulatan pangan dan lainnya, sehingga ia masih ingin berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara ini. Di sisi lain, makna politik adalah ketika berada di orbit politik, di mana banyak didengar dan dilihat orang. Namun, sebagai kader partai, tentunya kebebasannya dibatasi oleh keputusan partai.
“Saya tidak dalam kapasitas untuk mengatakan yang dilakukan Budiman itu melanggar atau tidak, itu sudah masuk ranah badan kehormatan partai. Sebagai sahabat dekat, saya sangat memahami apa yang dia lakukan, namun sebagai kader partai, sepanjang masih mengantongi KTA, maka wajib untuk taat pada keputusan partai,” pungkasnya.
Diketahui, Budiman Sudjatmiko adalah kader PDI Perjuangan. Adapun PDI Perjuangan telah mengusung Ganjar Pranowo sebagai kandidat bakal calon Presiden di Pilpres 2024. Sementara Prabowo Subianto adalah ketua umum Partai Gerindra. Prabowo adalah kandidat bakal calon Presiden di Pilpres 2024 dari Partai Gerindra.