SERAYUNEWS – Wajar bila saat ini, ku iri pada kalian, yang hidup bahagia berkat suasana indah dalam rumah. Kalimat tersebut, merupakan penggalan lirik lagu milik grup band Last Child.
Lagu dengan judul ‘Diary Depresiku’ ini, mengisahkan kerinduan seorang anak atas kasih sayang orangtua atau keluarga.
Seorang Jurnalis asal Purwokerto, Wilibrordus Megandika Wicaksono, menuangkan kisah yang hampir sama dalam buku Waktu yang Kudamba. Buku setebal 179 halaman ini, berisi tentang makna kasih sayang remaja panti.
Sebagian memaknai kasih sayang sebagai hal yang di alami, tapi ada pula yang memaknainya sebagai sesuatu yang hilang bahkan pencarian.
“Lewat buku ini, harapannya pembaca terutama kaum muda, bisa lebih bertanggung jawab dan menyiapkan masa depan sebaik mungkin. Jangan sampai anak-anak bertumbuh-kembang tanpa belaian kasih sayang orangtua,” kata Megandika, Rabu (06/12/2023).
Penulis yang akrab dengan sapaan Dika ini, berterima kasih dan mengapresiasi dukungan Bank Indonesia dalam gerakan literasi ini. Sehingga kisah dan coretan kerinduan remaja di panti, bisa terdokumentasi, terungkapkan, dan bisa menggerakkan hati pembaca untuk berbelarasa kepada sesama.
Waktu yang Kudamba merupakan buku kedua, hasil proses penelitian serta tesis berjudul “Konstruksi Makna Kasih Sayang Remaja di Panti Asuhan Bunda Serayu Banyumas” (Juni, 2022).
Sebelumnya, telah terbit buku dengan judul “Di Tepi Serayu Aku Merindu” (Gramedia Pustaka Utama, 2020). Buku pertama itu, hasil karya bersama rekan-rekan wartawan di Banyumas.
Dika menyampaikan, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Purwokerto turut berperan menyebarkan kisah pergulatan dan perjuangan anak-anak Panti Asuhan Bunda Serayu, Banyumas melalui buku berjudul “Waktu yang Kudamba”.
“Bank Indonesia begitu peduli dan setia memberi dukungan, mulai dari buku pertama hingga buku kedua,” ucapnya.
Lewat terbitnya buku ini, harapannya gerakan literasi di Banyumas kian berkembang dan anak-anak di panti asuhan mendapatkan perhatian.
“Dukungan Bank Indonesia dalam proses penerbitan buku ini, akan melengkapi khasanah literasi kita. Semoga menginspirasi pembaca, untuk merasakan empati terhadap kehidupan mereka yang tinggal di panti asuhan,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Rony Hartawan.
Menurut Rony, kehadiran manusia di dunia adalah karunia istimewa dalam perjalanan kehidupan. Ada yang terlahir penuh cinta, tapi juga ada yang terlahir dalam kondisi serba terbatas.
“Bagi mereka yang tumbuh dalam keterbatasan, Sang Ilahi menjalankan berbagai cara untuk berbagi, merawat, dan mengasuhnya. Salah satu wujudnya adalah kasih sayang lewat orang-orang yang peduli, para donatur, serta lembaga-lembaga sosial seperti panti asuhan,” kata dia.
Rony menambahkan, anak-anak merupakan tunas-tunas bangsa. Sehingga memunculkan semangat untun bersikap Building Nation, dan harus terwujudkan dari unsur-unsur terkecil. Sehingga apa yang bangsa ini cita-citakan, dapat tercapai hingga mengakar.
Kepala Panti Asuhan Bunda Serayu Banyumas, Suster Christina, SJMJ berterima kasih kepada Bank Indonesia yang telah memberikan perhatian serta bantuannya.
“Di panti ini sekarang ada 39 anak. Lewat buku ini, kisah anak-anak dan juga karya di panti ini jadi bisa semakin di kenal luas. Tidak hanya di wilayah Banyumas, bahkan sampai di luar kota seperti Jakarta juga Batam,” kata Christina.
Panti ini tidak melayani adopsi anak, tetapi anak yang di besarkan di sini harapannya bisa kembali kepada orangtuanya tatkala sudah siap. Perkawinan di luar nikah, menjadi salah satu faktor ketidaksiapan keluarga menerima kehadiran anak.