SERAYUNEWS – Menjelang perayaan Idulfitri 1445 Hijriah, terdapat fenomena alam yang akan menghiasi langit saat penghujung akhir bulan Ramadan. Peristiwa itu bernama Gerhana Matahari Total (GMT).
Fenomena luar angkasa tersebut bakal berlangsung pada tanggal 8 April 2024 mendatang. Atau bertepatan dengan H-2 menjelang Lebaran bagi umat muslim di seluruh dunia.
Bersamaan dengan itu, terjadi pula ledakan-ledakan di Matahari. Lantas, apakah dampak yang ditimbulkan untuk masyarakat di Indonesia? Simak artikel berikut ini untuk mengetahui informasi selengkapnya.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Gerhana Matahari Total adalah fenomena dimana bulan melintasi di antara matahari dan bumi. Saat fenomena ini tersaji, langit akan gelap seperti fajar atau senja.
Sayangnya, Indonesia tidak dapat menyaksikan secara langsung kejadian Gerhana Matahari Total. Fenomena ini hanya dapat dipantau di negara Meksiko, Amerika Serikat (AS) dan Kanada.
Selanjutnya, berdasarkan laporan dari National Center for Atmospheric Research (NCAR), akan terlihat ledakan-ledakan di matahari saat peristiwa GMT terjadi. Terdapat sisi tepi, yang nantinya terlihat Matahari tampak meledak-ledak.
“Saat menyaksikan GMT 8 April 2024, menurut National Center for Atmospheric Research (NCAR) akan terlihat ledakan-ledakan di Matahari, saat totalitas gerhana matahari, pandangan matahari dari Bumi terhalang oleh bulan dan menyisakan sisi tepi. Pada sisi tepi inilah di Bumi bisa menyaksikan tepian plasma Matahari tampak meledak-ledak,” kata BMKG dalam siaran persnya, dikutip serayunews.com pada Rabu (3/4/2024).
BMKG menjelaskan, ledakan-ledakan itu terjadi karena adanya yang kita kenal pada pusat Tata Surya tersebut. Tingkat aktivitas mengalami pasang surut selama siklus 11 tahunan dan puncaknya pada tahun ini.
Sejauh ini, belum ada yang dapat memastikan dan mengetahui apa penyebab fenomena tersebut. Akan tetapi, BMKG mengungkapkan sebuah kemungkinan karena melibatkan gaya magnetik atau reaksi nuklir dalam Matahari.
Sementara itu, ledakan matahari tentunya berpengaruh pada magnetosfer Bumi. Adapun, pengaruh pastinya akan dapat kita ketahui pada saat BMKG atau lembaga lainnya mengamati fenomena secara real time.
Namun, para ilmuwan telah memprediksi ledakan tersebut dapat menimbulkan badai magnet Bumi (Geomagnetic Storm). Badai ini akan menyebabkan aktivitas listrik dan sejenisnya terhambat.
Badai magnet Bumi terjadi lantaran ledakan di Matahari melontarkan plasma besar. Plasma tersebut bisa berupa angin Matahari beserta medan magnet yang berkecepatan tinggi.
Sedangkan, peristiwa lontaran massa korona ini biasanya disebut Coronal Mass Ejection (CME). Pada saat CME menghantam medan magnet Bumi, partikel akan terlontar dan dibelokkan oleh lapisan magnetosfer ke arah garis kutub utara dan selatan.
Magnetosfer Bumi merupakan lapisan perisai Bumi yang bisa melindungi Bumi dari pengaruh radiasi partikel yang mempunyai kecepatan tinggi. Lapisan tersebut berbentuk seperti lingkaran dengan titik terkuatnya berada di daerah lintang rendah.
Pengaruh ledakan di Matahari akan lebih terasa di daerah lintang tinggi. Kemudian di daerah lintang rendah misalnya Indonesia, pengaruhnya tidak akan sangat terasa atau relatif lebih aman.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa tidak ada kaitannya secara langsung antara ledakan di matahari dengan peristiwa Gerhana Matahari Total. Dampaknya berupa badai magnet bumi yang relafit aman, termasuk di Indonesia karena berada di lintang rendah.