SERAYUNEWS – Yaya dan Yanti Tantiawati, merupakan pasangan warga Kecamatan Prigi, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Mengenakan pakaian terbaiknya, mereka datang ke Purwokerto. Bersama satu keponakan laki-lakinya, dia menghadiri acara prosesi wisuda, di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Sabtu (08/06/2024).
Seharusnya momen itu menjadi sangat membahagiakan bagi mereka. Menyaksikan pencapaian anak satu-satunya, berhasil menjadi sarjana. Tetapi tidak demikian kenyataannya.
Wisuda yang seharusnya menjadi momen bahagia, berubah menjadi momen mengharukan. Pasalnya, dia hadir tanpa ada anaknya, Gilang Ramadhan (24), karena telah meninggal dunia.
Alm Gilang, menempuh pendidikan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di UMP. Dia telah menyelesaikan tahapan skripsinya dan tinggal menunggu di wisuda. Namun, sekitar tiga bulan lalu telah berpulang ke rahmatullah, karena sakit.
Sepanjang acara wisuda, Yaya masih mampu menampakan wajah tenang. Meski menyimpan kesedihan di dalam hatinya. Sedangkan Yanti, yang tak bisa membendung air mata, sepanjang waktu acara.
Suasana kesedihan semakin pecah saat keduanya naik ke panggung, menerima ijazah anaknya dari Rektor UMP. Acara wisuda ke 74 UMP, menjadi momen wisuda yang paling mengharukan. Tidak hanya bagi keluarga Alm, dari rekan, sahabat, dan seluruh wisudawan yang ada.
Bagaimana tidak, sebab wisuda merupakan momen yang sangat dinantikan seorang mahasiswa. Ibarat hadiah terindah setelah menempuh pembelajaran bertahun-tahun.
Kepada serayunews.com, Yaya bercerita sudah sekitar 100 hari anaknya meninggalkannya. Dia sama sekali tidak menyangka anak laki-lakinya, berpulang mendahuluinya. Sebab, kepergiannya termasuk sangat mendadak.
“Waktu mau Lebaran, minta jemput hari Rabu, hari Kamis sakit, Sabtunya meninggal,” kata Yaya.
Pada momen-momen terakhir kebersamaan, tidak ada firasat dan mengira akan ditinggalkan selama lamanya. Di rumah, alm Gilang termasuk orang yang pendiam. Namun, dia terbuka kepada keluarga.
“Katanya, cita citanya, ingin mendampingi orangtua, membantu mengembangkan usaha,” kata Yaya, yang keseharian sebagai penjual ayam pedaging.
Meski tidak dapat mengikuti prosesi wisuda, Yaya mengaku bangga karena anak semata wayangnya itu dapat menyelesaikan kuliah. “Bangga bisa diwisuda,” ujar dia.
Usai acara Wisuda, Rektor UMP, Assoc Prof Dr Jebul Suroso mengatakan, sebagai bentuk apresiasi, maka orangtua almarhum dapat panggilan secara khusus. Meski sudah meninggal dunia, tapi almarhum telah selesai mengikuti proses pembelajaran.
Bahkan menyelesaikan semua tahapan skripsi, sampai yudisium. Sehingga memang seharusnya tinggal menunggu wisuda.
“Apresiasi kami adalah tetap kami undang beliau, kami tetap berikan ijazah-nya,” katanya.
Rektor Jebul menambahkan, agar silaturahmi tidak terputus, pihak UMP ingin memberikan beasiswa kepada adik ataupun saudaranya. Akan tetapi, ternyata Gilang merupakan anak satu-satunya, maka hal ini akan dia komunikasikan pada pihak keluarga.
“Sebenarnya akan kami berikan juga beasiswa untuk adik atau saudaranya, tapi kebetulan yang bersangkutan adalah anak tunggal. Untuk teknis lebih lanjut nanti akan kita komunikasikan dengan pihak keluarga supaya silaturahmi tidak terputus,” kata dia.