SERAYUNEWS- Ketahanan pangan merupakan salah satu isu penting yang sangat relevan dalam pembangunan pedesaan.
Ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan yang berkelanjutan menjadi bagian dari indikator kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai program pengabdian mahasiswa kepada masyarakat, sering kali menyasar bidang ini untuk membantu meningkatkan kemampuan desa dalam memenuhi kebutuhan pangannya secara mandiri.
Berikut ini beberapa contoh program kerja KKN di bidang ketahanan pangan yang bisa dijadikan inspirasi.
Mengacu pada kemampuan suatu wilayah atau masyarakat untuk menjamin ketersediaan, akses, pemanfaatan, dan stabilitas pangan yang cukup, bergizi, dan aman bagi seluruh penduduk.
Tujuannya agar masyarakat tidak kelaparan dan bisa hidup sehat secara berkelanjutan.
Program ini bertujuan untuk memaksimalkan lahan pekarangan warga agar dapat menghasilkan sayuran atau buah-buahan yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mahasiswa bisa memberikan pelatihan budidaya sayuran cepat panen seperti kangkung, bayam, cabai, tomat, atau terong. Program ini tidak hanya memperkuat ketersediaan pangan rumah tangga, tetapi juga mendorong pola konsumsi sehat.
Salah satu tantangan dalam pertanian desa adalah biaya pupuk yang cukup tinggi. Mahasiswa KKN dapat memberikan edukasi tentang cara membuat pupuk organik dari sampah rumah tangga dan kotoran ternak.
Dengan begitu, warga bisa mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Budikdamber adalah metode budidaya ikan lele atau nila dalam ember yang dilengkapi dengan tanaman sayur di atasnya, seperti kangkung atau bayam. Ini adalah solusi hemat lahan dan air, cocok diterapkan di daerah dengan lahan sempit.
Mahasiswa bisa membuat pelatihan sekaligus praktik langsung untuk warga, dan menyediakan paket budikdamber sebagai percontohan.
Program ini mengajak warga desa untuk mengembangkan olahan pangan berbasis bahan lokal seperti singkong, jagung, pisang, atau umbi-umbian lainnya menjadi produk bernilai jual.
Misalnya, membuat keripik, bolu, atau tepung dari singkong. Selain menambah variasi makanan, ini juga membuka peluang usaha rumahan.
Mahasiswa bisa menyelenggarakan penyuluhan tentang pentingnya pola makan bergizi seimbang dan cara pengolahan makanan yang sehat dan aman.
Program ini penting untuk mendorong kesadaran masyarakat, terutama ibu-ibu rumah tangga, dalam menjaga kualitas makanan keluarga.
Program ini mendorong terbentuknya sistem penyimpanan bahan pangan pokok secara kolektif.
Mahasiswa dapat membantu dalam merancang sistem distribusi dan penyimpanan beras, jagung, atau hasil panen lain agar bisa digunakan di musim paceklik. Ini sekaligus menjadi langkah awal membangun ketahanan pangan berbasis komunitas.
Jika dilakukan dengan baik, program-program seperti di atas tak hanya memberi manfaat jangka pendek, tapi juga meninggalkan jejak panjang dalam perubahan perilaku dan kemandirian masyarakat desa.***