Cuaca ekstrem hingga munculnya salju di dataran tinggi Dieng dalam sepekan terakhir, menyebabkan 10 hektare tanaman kentang petani mati. Pasalnya, wilayah tersebut sedang mengalami cuaca ekstrem hingga turun salju.
Banjarnegara, serayunews.com
Turunnya embun upas (salju) di kawasan dataran tinggi Dieng, memang sering terjadi saat puncak musim kemarau. Tak jarang kondisi ini membuat sejumlah tanaman kentang, mengering dan gagal panen.
“Untuk tahun ini ada sekitar 10 hektare lahan kentang yang mati akibat turunnya embun upas. Namun hal ini tidak membuat petani kapok. Sebab setelah tanaman terkena embun upas, lahan mereka menjadi subur. Panen akan meningkat pada masa tanam setelahnya,” kata Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Ketahanan Pangan Banjarnegara, Totok Setyo W.
Menurutnya, petani sudah sadar tentang embun upas ini. Hanya saja embun ini tidak bisa diprediksi akan turun di wilayah mana. Sehingga petani saat ini hanya bisa pasrah, jika lahannya terkena embun upas tersebut.
“Memang banyak yang meyakini setelah terkena embun upas, tanahnya menjadi subur. Sebab virus lahan akan ikut mati setelah terkena embun upas. Hanya saja wilayah yang terkena tidak bisa diprediksi,” katanya.
Ia mengatakan, sebelumnya sejumlah petani kentang melakukan antisipasi dengan pemasangan paranet atau sejumlah tanaman lain di sela-sela tanaman kentang sebagai antisipasi turunnya embun upas.
Namun beberapa petani yang sudah melakukan hal tersebut justru tidak terkena. Sehingga, mereka akhirnya memilih tetap melakukan penanaman secara normal meski jelang memasuki puncak kemarau.
Berdasarkan pengalaman para petani serta cuaca di dataran tinggi Dieng, sejumlah tanaman yang terkena embun upas itu terjadi di seputaran kompleks candi hingga wilayah Desa Karangtengah, Kecamatan Batur.
“Untuk cakupannya tidak sampai wilayah bawah, namun wilayah mana yang terkena tidak bisa diprediksi setiap musim salju tiba,” ujarnya.