SERAYUNEWS – Jemaah haji asal Kabupaten Purbalingga, kini tengah menghadapi tantangan berat saat menjalankan ibadah di Tanah Suci. Cuaca ekstrem panas dengan suhu mencapai 41 derajat Celcius menyelimuti Kota Mekkah, memaksa jemaah untuk lebih waspada menjaga kesehatan.
Pendamping Haji Daerah (PHD) Kabupaten Purbalingga, Sutrisno, mengonfirmasi bahwa satu orang jemaah telah dalam perawatan di rumah sakit karena kondisi fisik yang menurun akibat terpapar suhu tinggi.
“Sebagian jemaah juga mengeluhkan batuk dan pilek. Oleh karena itu kami imbau mereka mengurangi aktivitas di luar hotel, apalagi menjelang fase Armuzna,” ujarnya, Selasa (20/5/2025).
Armuzna atau perjalanan menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina merupakan puncak ibadah haji yang menguras fisik. Sutrisno menekankan pentingnya menjaga stamina dan menghindari kegiatan non-esensial. Seperti umrah sunnah atau shalat berjamaah di Masjidil Haram, terutama di bawah terik matahari siang hari.
“Aktivitas seperti umrah sunnah dan berjalan kaki jarak jauh sebaiknya ditunda demi kesehatan. Suhu panas sangat berisiko, terutama bagi lansia,” lanjutnya via pesan WhatsApp.
Salah satu jemaah, Herman, mengungkapkan bahwa perjalanan dari hotel ke Masjidil Haram memakan waktu sekitar 40 menit.
Para jemaah menggunakan Bus Sholawat Nomor 14 selama 15–20 menit, lalu lanjut dengan berjalan kaki sekitar 20 menit.
“Perjalanan cukup melelahkan, terutama saat cuaca panas menyengat,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan beberapa kendala lain, seperti keterlambatan distribusi Kartu Nusuk—dokumen resmi sebagai bukti izin haji—dan perbedaan lokasi hotel antara jemaah dan pendamping. Hal ini sempat membuat koordinasi menjadi sulit.
Herman menambahkan, menu makanan yang disediakan terkesan monoton dan berporsi kecil, sehingga menurunkan selera makan para jemaah.
“Alhamdulillah, kami terbantu dengan bekal dari Bupati Purbalingga, seperti abon, kering kentang, dan gudeg,” tambahnya.
Total jemaah haji asal Purbalingga tahun ini mencapai 382 orang, terbagi dalam dua kelompok terbang: Kloter 1 sebanyak 353 jemaah dan Kloter 2 sebanyak 29 jemaah. Dari jumlah tersebut:
Termasuk 11 lansia prioritas yang mendapat perhatian khusus dari tim medis
“Kami terus memantau kesehatan para lansia, karena mereka sangat rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem,” tutup Sutrisno.