SERAYUNEWS – Perjalanan panjang PT Kereta Api Indonesia (KAI) lalui hingga saat ini terus berlanjut. Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele tanggal 17 Juni 1864.
Sampai puncaknya, dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) berubah bentuk menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991. Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) pada tahun 1998.
Kisahnya tak lepas dari perubahan nama oleh beberapa rangkaian gerbong kereta api (KA). Tercatat, setidaknya terdapat sebanyak enam KA termasuk KA Mahesa yang memiliki rute via Kroya-Purwokerto.
Tentu, bergantinya nama-nama KA disebabkan oleh beberapa faktor. Sebut saja seperti pergantian bkelas layanan, rute, dan masih banyak alasan lainnya.
Berikut ini adalah deretan 6 kereta api yang pernah mengalami perubahan, sebagaimana melansir akun Instagram resmi PT KAO @kai121_, Senin (8/7/2024).
Pada tahun 1995, Perumka (nama PT KAI pada saat itu), melakukan tes pasar untuk mengetahui minat masyarakat terhadap layanan kereta api, dengan kode JS950 (Jakarta-Surabaya 9 jam di HUT RI ke-50).
Setelah itu, diluncurkanlah KA Suryajaya pada 1994 dengan kelas spesial eksekutif. Akan tetapi, respons pasar terhadap KA Suryajaya sangat baik, dengan jumlah okupansi 95 persen sampai 100 persen.
Sehingga, pada tanggal 31 Juli 1985 silam, diresmikan KA Argo Bromo dan layanan KA Suryajaya berhenti beroperasi pada 17 Agustus 1995.
Pada tahun 1970-an, pernah dioperasikan KA Badrasurya yang merupakan dari Bandung Raya Surabaya. Walaupun hanya melayani kelas ekonomi, namun kereta api ini berangkat awal dari Stasiun Bandung.
Sayangnya, Kereta Api (KA) Badrasurya terpaksa berhenti beroperasi pada tahun 1997 dan diganti Kereta Api (KA) Pasundan hingga dewasa ini.
KA Sembarani memiliki catatan sejarah yang begitu panjang. Keberadaannya diawali dengan layanan KA Mutiara Utara pada 27 September 1971.
Pada masa itu, terdapat beberapa kereta dengan nama “Mutiara”, tetapi tetap saja KA Mutiara Utara memiliki kelas layanan tertinggi dengan hanya membawa kereta kelas satu.
Kemudian, KA Mutiara Utara digantikan dengan KA Sembarani pada 1 Oktober 1995, sebagai bagian dari pembaruan dan pengembangan layanan.
Selanjutnya, KA Fajar Pajajaran dan Senja Mataram yang mulai beroperasi pada 11 Maret 1992, melayani lintas Bandung-Yogyakarta. KA Fajar Pajajaran dari Bandung memiliki waktu keberangkatan pagi.
Sementara itu, KA Senja Mataram dari Yogyakarta memiliki waktu keberangkatan malam. Pada 1 September 1992, lintas pelayanan tersebut diperpanjang hingga Solo Balapan.
Lantas, PT KAI melakukan perombakan pada layanan kereta api. Sehingga, kereta api Fajar Pajajaran dan Senja Mataram digantikan oleh KA Lodaya.
KA Gaya Baru Malam Utara sejatinya sudah ada sejak tahun 1960-an. Saat itu, layanan keretanya dikenal sebagai Kilat Malam dengan rute Jakarta-Surabaya. KA Gaya Baru Malam Utara diresmikan pada tahun 1976.
Pada tahun 1980-an, populeritas KA Gaya Baru Malam Utara mencapai puncaknya dengan jumlah okupansi tembus 114 persen, sebelum akhirnya mengalami penurunan pada tahun 1990-an yang akhirnya dihapus pada tahun 2002 dengan kehadiran KA Kertajaya pada tahun 1996.
Terakhir, pada tanggal 1 Juli 1998, Perumka meluncurkan layanan KA Bandung-Semarang via Kroya-Purwokerto. Namun sayangnya, okupansi KA ini tidak terlalu bagus. Akibat rute yang memutar sehingga waktu perjalanannya menjadi cukup lama.
Perjalanan KA Mahesa akhirnya dihapus pada tahun 2000. Dan, digantikan dengan KA Harina pada 20 Mei 2003 dengan rute saat ini Bandung-Surabaya Pasarturi via Semarang.