BerandaCilacapDisinyalir Banyak Warga Cilacap Ngaku Miskin Demi Mendapat Bantuan

Disinyalir Banyak Warga Cilacap Ngaku Miskin Demi Mendapat Bantuan

Pj Bupati Cilacap Yunita Dyah Suminar (tengah) bersama Ketua DPRD Cilacap Taufik Nurhidayat didampingi Kepala Dinas Sosial Arida Puji Hastuti saat memberikan keterangan, Senin (22/5/2023). (Ulul Azmi).

SERAYUNEWS– Status miskin bukan lagi momok dan hal baru di Kabupaten Cilacap. Angka kemiskinan yang lebih tinggi dari Jawa Tengah dan nasional membuat Pemerintah Kabupaten Cilacap bekerja lebih ekstra untuk menurunkannya serta merubah perilaku yang dinilainya bermental miskin. Bahkan banyak yang mengaku miskin demi mendapat bantuan.

“Mental miskin, ini terbukti saat dilakukan survei, secara sampling oleh Badan Pusat Statistik (BPS), saat mendampingi tolong ditanya lebih mendalam apa betul betul miskin apa nyupang miskin, nyupang itu ya pura-pura miskin,” ujar Pj Bupati Cilacap Yunita Dyah Suminar, Senin (22/5/2023).

Pj Bupati menyampaikan, bahwa perubahan perilaku mental miskin sangat diperlukan, terutama pada kesadaran masing-masing. Menurutnya angka kemiskinan 11,02% di Cilacap dinilai tidak wajar jika melihat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah (PAD) yang lebih baik.

“Pada kesempatan lalu nampak, sebetulnya di Cilacap tidak cocok jumlah orang miskinnya banyak, karena memang pertumbuhan ekonomi baik, PAD juga lebih baik dari Kabupaten lain sekitar. Mungkin pemerataannya yang kurang, kalau 11,02 persen menurut kita kayaknya tidak, karena ini dengan survei,” terangnya.

Menurutnya mental miskin tak hanya warga yang ingin mendapat bantuan dari pemerintah saja, persoalan lain juga perlu dibenahi dengan maraknya pengemis di Cilacap. Untuk itu diperlukan peraturan derah agar ada sanksi pemberi dan penerimanya.

“Banyak kita lihat di media, orang-orang yang seolah-olah miskin tapi kalau dilihat rumahnya gedong, punya mobil, bahkan duitnya banyak. Ini sebetulnya untuk menghilangkan mental miskin, tentu saja penyakit mental miskin sangat buruk dan tidak diharapkan, perda itu juga untuk mengatasi itu,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Cilacap Taufik Nurhidayat mengajak kepada masyarakat untuk selalu bersyukur dan bekerja keras. Sehingga warga yang tergolong mampu tidak perlu mengaku miskin hanya demi mendapat bantuan.

“Kita mengajak edukasi kepada diri sendiri kalau kita merasa cukup dan bersyukur, kalau kita sudah mampu ngapain merasa tidak mampu, itu yang menyebabkan data kemiskinan kita menjadi tinggi. Sehingga kita harus punya malu, jadi nanti bantuan yang diberikan bisa tepat sasaran,” ujarnya.

Kepala Dinas Sosil Kabupaten Cilacap Arida Puji Hastuti mengatakan, bahwa untuk menghilangkan budaya malu miskin, pihaknya membuat gerakan lewat media sosial.

“Kita mencoba membuat gerakan lewat media sosial dengan melibatkan teman teman untuk menyosialisasikan kalau kita malu dianggap miskin, selama ini kan justru bangga dianggap miskin karena supaya mendapat bantuan,” ujarnya.

Menurutnya, angka kemiskian di Cilacap 11,02% dari sekitar 2 juta penduduk Cilacap. Dibanding tahun lalu jumlahnya menurun, namun persentasenya masih di atas Jawa Tengah 10% dan nasional 9%.

Untuk upaya penanggulangan kemiskinan, warga tidak mampu diberikan perlindungan sosial berupa bantuan sembako, tapi kalau sebenarnya mampu dan bisa bekerja kita berikan bantuan modal usaha dan pelatihan.

“Faktor kemiskinan di Cilacap yang paling mendominasi adalah pengangguran. Tapi dari sisi perkapita dari survei ekonomi sosial nasional (Susenas) sudah bagus, dan pendapatan perkapita perorang di atas 365 ribu,” ujarnya.

Arida menyebut, tingginya angka kemiskinan di Cilacap, salah satunya juga dipengaruhi adanya warga mampu yang masih terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Data itu, disinyalir adanya oknum Kepala Desa tidak berani mencoret warganya karena berbagai alasan, baik karena keluarga ataupun takut kehilangan suara.

Editor :Kholil

Terkait