SERAYUNEWS– Muktamar X Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang digelar di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Sabtu (27/9/2025), berlangsung panas. Dua kubu sama-sama mengklaim bahwa jagoannya terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum DPP PPP periode 2025–2030.
Kubu pertama, lewat pimpinan sidang Amir Uskara, menyatakan bahwa Plt Ketua Umum PPP, Muhammad Mardiono, kembali terpilih secara aklamasi. Pernyataan itu bahkan disampaikan resmi melalui konferensi pers. “Saya ucapkan selamat kepada Pak Mardiono atas terpilihnya secara aklamasi di Muktamar ke-10 ini,” kata Amir Uskara.
Namun, klaim tersebut langsung dibantah keras oleh Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Romahurmuziy. Menurutnya, saat pernyataan aklamasi itu diumumkan, sidang Muktamar masih berlangsung.
“Tidak benar Mardiono terpilih malam itu. Bahkan hingga pukul 22.30 WIB, sidang masih berjalan. Agenda muktamar baru benar-benar selesai sekitar pukul 01.30 dini hari,” kata Rommy.
Sidang paripurna I yang dipimpin Amir Uskara langsung menuai polemik. Sejumlah peserta mengajukan masukan terkait tata tertib dan jadwal acara, namun dianggap tidak direspons. Perdebatan memanas hingga sebagian pendukung Mardiono melakukan aksi walkout.
Sidang kemudian dilanjutkan dan menghasilkan keputusan akhir dengan menyetujui beberapa usulan peserta. Memasuki sidang paripurna II yang membahas laporan pertanggungjawaban (LPJ) DPP PPP, mayoritas peserta justru menolak laporan dari Mardiono. Di sinilah muncul nama Agus Suparmanto yang diusulkan sebagai calon ketua umum.
Hingga akhirnya, pada sidang lanjutan, Agus ditetapkan sebagai Ketua Umum DPP PPP periode 2025–2030.
Meski begitu, kubu Mardiono tetap bersikeras bahwa ia terpilih secara aklamasi pada malam pertama muktamar. Mardiono menyebut keputusan aklamasi diambil demi menyelamatkan jalannya forum yang menurutnya berada dalam kondisi darurat.
“Di belakang saya ada 28 DPW yang menjadi pemegang hak kedaulatan,” ujarnya dalam keterangan pers.
Romahurmuziy balik menegaskan bahwa klaim tersebut tidak masuk akal. Ia menyebut lebih dari 80 persen peserta muktamar menolak kepemimpinan Mardiono, bahkan sempat meneriakkan tuntutan agar ia mundur.
“Bagaimana mungkin penolakan besar itu berujung aklamasi? Faktanya, forum berlanjut hingga dini hari dan memutuskan Agus Suparmanto sebagai ketua umum,” katanya.
Situasi ini membuat publik dan kader PPP mendapat dua versi hasil Muktamar X. Kubu Mardiono mengklaim terpilih secara aklamasi dengan dukungan 28 DPW, sementara kubu lain menegaskan Agus Suparmanto sah terpilih lewat forum muktamar hingga sidang terakhir, dan memperoleh dukungan lebih daro 80 persen peserta muktamar yang terdiri dari para ketua dan sekteratis DPW dan DPC se Indonesia.