Kepala Dinas Pertanian Supriyanto menyampaikan, dari 46.927 hektar lahan padi di Cilacap, pada bulan Februari-Maret 2021, sebagian wilayah Cilacap bagian timur di tujuh Kecamatan dengan potensi lahan sekitar 21.268 hektar sedang memasuki masa panen dengan hasil produksi sekitar 136.115 ton dari perkiraan rata-rata produksi 6,4 ton perhektar.
Tujuh kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Nusawungu, Binangun, Kroya, Sampang, Maos, Adipala dan Kesugihan. Sedangkan perkiraan potensi panen pada bulan April 2021 dari sisa luas lahan sekitar 25.659 hektar, berpotensi menghasilkan produksi padi mencapai 162.274 ton.
Menurut Supri, meski potensi produksi padi masih tergolong aman, namun petani saat ini dihadapkan dengan kendala harga padi diawal musim panen lebih rendah dari panen sebelumnya.
“Yang kami hadapi kendala saat masa panen yang biasanya awal panen bagus, harga terendah di tingkat petani saat ini Rp. 3.800 perkilo gram kering panen dengan harga tertinggi sekitar Rp. 4.800 gabah kering panen (GKP), padahal sebelumnya bisa Rp.5.000,” ujarnya saat dikonfirmasi, Senin (22/02/2021).
Dikatakan lebih lanjut, turunnya harga padi diakibatkan terdampak Covid 19, namun tidak mempengaruhi hasil produksi padi. Meski pada tahun 2020 lalu produksi padi di Jawa Tengah sempat menurun, namun di Cilacap masih bisa bertahan sesuai sasaran produksinya, walaupun di akhir tahun 2020 terjadi sejumlah bencana alam seperti banjir yang merendam tanaman padi milik petani.
“Kendalanya di daya beli, contohnya akibat pandemi Covid-19 obyek wisata terhenti, hotel tutup, kegiatan ekonomi hajatan berkurang, stok gabah banyak tapi hanya untuk makan harian, selain itu karena serapan dari Bulog juga sangat minim sehingga harga belum terdongkrak. Sedangkan banjir yang kemarin di Desember itu, kami punya simpanan diangka 400 an hektar, bantuan benih dari Provinsi dan Kementerian. Karena petani sebagian sudah tanam maka akan ditanam bulan april, Insyaalloh produksi di tahun 2021 kami optimis ” ungkapnya.
Ditambahkan, dalam mengatasinya sesuai dengan simulasi pertanian, pihaknya tidak menciptakan panen raya. Namun panen bisa mengalir (bergantian) dari arah timur ke barat, walaupun di wilayah barat irigasinya dari gunung setiap saat bisa panen, tapi tidak signifikan luasannya.
“Kalau dilihat dari ongkos produksi masih untung, tapi sangat minim, semisal harga 3,8 x 6,4 ton sekitar 24 juta karena biaya produksi rata-rata di atas 10 juta perhektarnya, dengan memperhitungkan biaya produksi dan biaya panen,” tambahnya.
Pada masa panen musim ini, Dinas Pertanian Cilacap optimis masih tahap aman, produktivitas padi masih terjaga, walaupun katanya terdapat lahan yang kadang-kadang produktivitasnya tidak bisa didongkrak, seperti wilayah genangan di Kroya, dan Kawunganten sulit untuk mancapai produksi 5 ton perhektar. Namun semua itu terdongkrak di daerah sentra produksi seperti Sampang, Maos dan Adipala.
Sementara itu, berdasarkan data Dinas pertanian Cilacap, sejumlah wilayah yang terdampak banjir pada musim tanam 2020/2021 meliputi, Kampunglaut sebanyak 795 hektar, Patimuan 795 hektar, majenang 270 hektar, Binangun 300 hektar, Adipala 550 Hektar, Sampang 295 hektar, Kroya 448 hektar, dan Nusawungu 1.105 hektar.
“Untuk bantuan banjir bulan November-Desember 2020, untuk luas lahan 4.558 hektar mendapat bantuan benih 113.950 kg, dan akibat banjir tersebut, masa tanam sempat mundur,” katanya.