SERAYUNEWS- Embun es atau embun upas, terus muncul dalam dua hari terakhir di dataran tinggi Dieng. Fenomena ini tentu membuat banyak wisatawan yang penasaran dan berkunjung ke dataran tinggi tersebut.
Bahkan suhu di dataran tinggi ini pada, Senin (29/7/2024) pagi ini mencapai minus 1,7 derajat. Kondisi ini menyebabkan sejumlah embun yang menempel pada rumput dan tumbuhan, membeku menjadi gumpalan es.
Kunjungan wisatawan saat kemunculan embun es yang biasa terjadi pada puncak musim kemarau ini, sangat tinggi. Ini terlihat dari okupansi penginapan yang mengalami peningkatan hingga 80 persen dari hari biasa.
Kepala UPT Wisata Dieng Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara, Sri Utami mengatakan, kemunculan embun es ini sudah terjadi sejak beberapa pekan lalu. Namun dalam dua hari ini, embun es tersebut muncul berturut-turut.
“Embun es ini muncul dua hari berturut-turut, yakni Minggu dan Senin ini,” ujarnya.
Kondisi ini membuat sejumah wisatawan dari luar daerah, penasaran dan akhirnya memutuskan untuk berkunjung. Terlebih kemunculan embun es ini, terjadi di seputaran kompleks Candi Arjuna dan lapangan sekitar.
“Belakangan, embun es ini sering muncul di kawasan candi dan lapangan sekitar candi, dan kondisi ini kemungkinan masih terus terjadi hingga puncak musim kemarau,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Peternakan Perikanan dan Ketahanan Pangan Banjarnegara, Firman Sapta Adi mengatakan, fenomena ini memang menjadi daya tarik wisata. Tetapi di sisi lain, ada duka bagi para petani kentang.
Pasalnya, kemunculan embun upas atau bunga es menyebabkan tanaman kering dan petani terancam gagal panen.
“Embun upas mulai muncul dalam dua hari terakhir, akibat suhu udara sangat dingin. Ini bisa merusak tanaman kentang, terutama yang berusia masih di bawah 40 hari. Embun ini menyebabkan tanaman layu dan akhirnya menghitam seperti terbakar,” ujarnya.
Selain ancaman gagal panen, petani juga harus menghadapi ancaman penurunan produksi bagi tanaman yang usianya di atas 70 hari. Meski masih bisa panen, produktifitasnya akan mengalami penurunan.
“Sejauh ini kami belum terima laporan secara pasti jumlah luasan lahan yang terdampak. Tapi memang embun upas ini sudah beberapa kali turun. Biasanya muncul saat puncak musim kemarau antara Juli-Agustus,” katanya.
Dia juga mengatakan, para petani kentang sudah memahami terkait turunnya embun upas. Mereka mengantisipasinya dengan membuat penutup atau memasang jaring dan sejenisnya.
Termasuk tidak menanam kentang pada puncak musim kemarau, dan mengganti dengan jenis tanaman lain.
“Ada juga petani yang mengantisipasi dengan menggunakan pupuk silika, untuk menguatkan daun. Sehingga saat tertutup embun upas, daun masih kuat dan tidak sampai gosong,” katanya.