Advertisement
Advertisement
Banjarnegara, serayunews.com
Meski masih dalam masa Pandemi Covid 19, pemerintah sudah mulai melonggarkan kegiatan masyarakat, termasuk dalam wisata. Namun begitu, penerapan protokol kesehatan secara ketat harus dilakukan, mulai dari wajib vaksin, memakai masker, hingga adanya surat keterangan negatif Covid 19.
Dataran tinggi Dieng memang memiliki daya tarik tersendiri, termasuk adanya fenomena embun upas yang hanya dapat dinikmati oleh wisatawan yang beruntung. Sebab kemunculan salju di Dieng ini tidak dapat dipastikan.
Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara Adi Cahyono mengatakan, pada awal tahun 2022 ini memang terjadi fenomena kemunculan embun upas yang biasanya terjadi pada Juli hingga Agustus. Kondisi ini tentu saja menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Tidak hanya itu, kemunculan embun upas ini selalu ditunggu oleh wisatawan. Bahkan, mereka rela menginap hingga beberapa hari demi melihat langsung kemunculan embun upas.
“Munculnya memang tidak bisa dipastikan, namun ada beberapa tanda jika embun upas ini akan muncul, tetapi sekali lagi itu juga tidak bisa dipastikan,” ujarnya.
Menurutnya, jika melihat tahun-tahun sebelumnya, kemunculan embun upas ini bisa diperkirakan saat puncak musim kemarau, memang ada beberapa tanda sebelum embun upas itu muncul, seperti udara yang mulai dingin, suhu berubah secara ekstrem, siang hari terik matahari cukup tinggi namun udara dingin.
Namun, untuk kemunculan awal tahun ini memang berbeda dengan sebelumnya, tentu saja ini menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat tidak perlu menunggu sampai Juli atau Agustus untuk bisa gambling melihat embun upas atau hamparan salju di dataran tinggi Dieng.
“Kalau informasi dan hasil pantauan BMKG yang berdasar dari data AWS (Automatic Weather Station) yang terpasang di Kawasan Candi Arjuna, sejak awal tahun 2022 ini memang kondisi cuaca di wilayah pegunungan Dieng didominasi kondisi cerah berawan sehingga pemanasan cukup maksimal,” katanya.
Pada tanggal 1- 4 Januari 2022 menunjukkan curah hujan yang rendah di bawah 1 mm, dengan tutupan awan sedikit (oktasnya rendah), sementara kelembapan udara terjadi perbedaan yang sangat signifikan pada siang hari yang rendah sekitar 75 persen dan malam-dini hari mencapai di atas 98 persen. Embun upas sendiri biasa terjadi akibat pengaruh menurunnya temperatur terhadap ketinggian. Embun upas terjadi bila kondisi tutupan awan oktasnya rendah.
“Perbedaan kelembapan udara maksimum serta minimum cukup lebar pada daerah tersebut juga lebih didominasi angin kecepatan lemah cenderung pelan. Untuk wilayah dengan vegetasi yang bagus dengan tutupan tanaman rendah potensi terjadi embun upas cukup besar, dan ini yang terjadi di dataran tinggi Dieng saat ini,” katanya.