“Maka Jateng Oksigen Stock Sistem atau Joss itu kita mau optimalkan dan kita mau bagikan ada personelnya, sehingga nanti tidak semua lapor sendiri-sendiri,” ujar Ganjar di rumah dinasnya, Minggu (11/7).
Ia mengatakan, setiap rumah sakit harus memiliki penanggung jawab khusus oksigen yang wajib dan disiplin mengisi serta melaporkan ketersediaan oksigen melalui aplikasi JOSS. Sehingga, pihaknya bisa mendeteksi data kondisi oksigennya.
“Sistemnya belum sempurna banget tapi saya minta ada sistem yang real-time gitu. Sehingga kalau bisa menunjukkan gambar (grafik) ketersediaannya kondisinya. Kalau nanti penuh ya naik, (kurang) ini (grafiknya) turun dan kita bisa lihat dengan indikator itu, tentu (distribusinya) itu akan baik,” paparnya.
Selain itu, Ganjar juga meminta penguatan pada tim Satgas Oksigen agar pengawasan laporan dan distribusinya terpantau dengan baik serta tepat sasaran.
“Maka saya minta dilakukan penguatan tim di Satgas Oksigen. Sehingga nanti kalau ada orang lapor saya ingin checking_nya itu sampai _deliver, kalau yang sulit ya betul-betul sulit,” ujarnya.
Hingga dinihari tadi, kata Ganjar, solusi yang diambil dalam menangani masalah kekurangan oksigen di rumah sakit adalah dengan meminjamkan stok tabung oksigen di rumah sakit terdekatnya.
“Ya darurat seperti itu. Sampai menunggu betul-betul isotank-isotank yang datang itu sesuai dengan waktu tempatnya terus kemudian suplai dari oksigennya mulai stabil, baru kita akan normal,” katanya.
Masalah ketersediaan oksigen ini juga bergantung pada penambahan kasus. Ganjar mengatakan, dari hasil genome sequence yang terbaru beberapa kasus terkonfirmasi di daerahnya merupakan varian delta.
“Cuman (stok oksigen) ini juga akan bergantung pada sedikit banyaknya penambahan kasus, dan hasil genome tes kita rata-rata ternyata memang delta, jadi artinya ini bahaya agar masyarakat siaga,” tandasnya.