“Saya ke sini untuk melihat proses serapan, karena bulan April ini kita sedang panen raya. Teman-teman di Bulog ini sudah mulai serap, tapi kalau kita bicara produksi kita, hari ini sangat melimpah. Maka penting memastikan gabah petani dibeli dengan harga di atas HPP atau minimal sama dengan HPP,” kata Ganjar.
Dalam tinjauan tersebut Ganjar menemukan suatu masalah yakni mekanisme penyerapan Bulog yang belum mendukung.
Pemimpin Wilayah Bulog Jateng, Miftahul Ulum melaporkan bahwa Bulog Jateng hanya dapat jatah menyerap 204.000 ton gabah dari petani.
Mendengar hal tersebut, Ganjar menyebutkan kalau serapan Bulog itu masih terlalu kecil. Padahal, saat ini Jateng memasuki musim panen raya. Menurut laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan, sejak Januari-Mei ini Jateng sudah surplus 1,6 juta ton.
Ganjar mengatakan rendahnya penyerapan karena fungsi Bulog yang tidak optimal. Jika dulu Bulog punya program beras miskin (raskin), sekarang program itu tidak ada.
“Ini diserap terus, tidak dikeluarkan. Paling keluar rutin dari Bulog hanya bencana atau operasi pasar (OP). Jadi mohon maaf, kalau tidak ada bencana atau harga stabil dan tidak ada operasi pasar, ya ndongkrok,” tegasnya.
Menurutnya, fungsi Bulog agak pincang. Di satu sisi mereka diminta nyerap gabah dari petani, tapi keluarnya tidak banyak, hanya untuk stok saja.
“Kalau sistemnya ndak dirubah, sudah pasti serapan Bulog nggak bisa bagus. Dampaknya harga petani pasti rendah karena betul-betul menggunakan mekanisme pasar dan diadu dengan pasar,” tegasnya.
Untuk itu, Ganjar mengusulkan kepada pemerintah pusat membuat kebijakan baru terkait hal ini. Kementerian Pertanian atau Kementerian Perdagangan diharapkan membuat terobosan baru.
“Saya juga kepikiran, kalau pusat tidak melakukan, maka Pemda harus mengambil tindakan. Sepertinya kita harus punya gudang sendiri, mungkin kita yang melakukan fungsi PSO dan mengambil stok agar petani bisa terbantu. Kalau tidak ada saluran keluarnya, ngendonnya akan lebih banyak,” pungkasnya.
Lebih lanjut, Pemimpin Wilayah Bulog Jateng, Miftahul Ulum menerangkan, ada kendala Bulog dalam penyerapan gabah petani. Menurutnya, kualitas gabah petani tidak terlalu bagus.
“Kendalanya saat musim hujan kemarin. Jadi banyak gabah yang dipanen lebih awal, karena rusak. Dalam arti terkena banjir padi roboh jadi segera dipanen,” terangnya.