Cilacap, serayunews.com
Penentu dampak gempa bumi di suatu lokasi adalah karakteristik pada sumber gempa dan karakteristik pada lokasi setempat. Seperti gempa yang terjadi di Tuban, Jawa Timur pada Jumat (14/4/2023) sekitar pukul 16.55 WIB, dengan kekuatan M 6,6. Gempa tersebut memiliki kedalaman 632 KM.
Namun dampak dari gempa bumi tersebut, justru lebih terasa kuat di wilayah lain seperti di Cilacap. Bahkan di Cilacap sendiri, guncangan gempa terasa kurang lebih sampai 20 detik.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Hery Susanto Wibowo mengatakan, jika dilihat dari sumber gempanya, gelombang gempa lebih mudah dan cepat merambat di media padat yang merupakan bagian dari lempeng samudra, sampai ke batas mantel bumi bagian atas dan bawah kedalaman lebih dari 600 km.
Baca juga: [insert page=’gempa-tuban-gunjangan-terasa-kuat-sampai-cilacap’ display=’link’ inline]
“Sementara mantel bumi sekitarnya adalah liquid (cepat rambat gelombang gempa lebih kecil dibanding solidnya kerak samudra, red). Jadi di sekitar laut Jawa Lasem-Tuban-Lamongan gempa itu tidak begitu terasa, tetapi di bagian selatan Jawa Timur di mana lempeng samudra posisinya lebih dangkal sampai ke dekat zona penunjaman di Lautan Hindia selatan Jawa getaran gempa lebih terasa,” katanya kepada serayunews.com, Sabtu (15/4/2023).
Menurutnya, sedangkan yang mempengaruhi karakteristik lokasi setempat adalah kondisi lokal (local site efect). Pengaruh lain adalah jenis batuan-batuan yang lebih lunak cenderung akan memberikan respon periode getaran yang panjang. Kemudian, mempunyai risiko yang lebih tinggi bila ada goncangan gelombang gempa bumi karena akan mengalami penguatan yang lebih besar.
“Jadi itu faktor-faktornya, karena memang kemarin banyak yang bingung. Kenapa di Tuban atau sampai Bojonegoro, tidak terasa besar gempanya. Namun malah di Cilacap dan Bandung, terasa besar,” jelasnya.