SERAYUNEWS— Setiap 21 Maret setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hutan International atau International Day of Forests. Peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pepohonan dan hutan yang memiliki peranan vital dalam keberlangsungan kehidupan manusia.
Melansir dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laman web in.org Hari Hutan Internasional tahun ini bertemakan Forests and Innovation: New Solutions for a Better World atau Hutan dan Inovasi: Solusi Baru Untuk Dunia yang lebih baik. Latar belakang tema ini adalah untuk memerangi deforestasi atau penebangan hutan secara liar yang membutuhkan teknologi baru dalam memeranginya.
Tidak dengan teknologi baru untuk memerangi kerusakan hutan. Di India telah dilalukan sejak tahun 1970 sampai sekarang masih dipakai cara ini.
Sunderlal Bahuguna, seorang aktivis yang mengajak masyarakat untuk memeluk pohon. Ia menjadi pemimpin utama dari gerakan chipko di India utara pada tahun 1970-an. Dalam bahasa Hindi, chipko berarti memeluk.
Semua berawal terjadinya banjir yang di Uttarakhand pada tahun 1970 yang membuat penduduk desa tersadarkan diri. Mereka sadar dengan adanya kaitan erat antara penggundulan hutan, tanah longsor, dan banjir.
Tiga tahun kemudian, Bahuguna dan sesama aktivis memeluk pohon. Para pemuda mengikrarkan sumpah darah untuk melindungi alam.
Gerakan Chipko bermula pada April 1973 di distrik Chamoli. Penduduk desa Mandal, menghalangi Symonds, perusahaan alat-alat olahraga yang berkantor di Allahabad, untuk menebang pohon guna keperluan pembuatan raket tenis.
Tak lama kemudian, penduduk perempuan di Himalaya juga menjadi bagian integral gerakan itu. Mereka memeluk pohon dan mengikatkan rakhi pada pohon.
Rakhi adalah benang merah sebagai simbol yang biasanya diikatkan pada pergelangan tangan saudara laki-laki pada hari raya Hindu, Raksha Bandhan.
Mahasiswa dan perempuan dalam jumlah besar bergabung dalam gerakannya. Mereka menggelar demonstrasi damai, memeluk pohon, dan berpuasa.
Gerakan tersebut membuahkan hasil. Aksi berpuasa pada tahun 1981 mendorong larangan penebangan pohon komersial di Uttarakahand. Dua tahun kemudian, ia berjalan kaki sepanjang 4.000 km di wilayah Himalaya untuk menarik perhatian atas kerusakan lingkungan.
Bahuguna meninggal dunia karena Covid-19 pada Kamis (20/05) di usia 94. Meski begitu, Gerakan Chipko tetap lestari. Pada tahun 2017, para aktivis di Mumbai memeluk pohon untuk mempertahankan lebih dari 3.000 pohon dari ancaman penebangan untuk pembangunan fasilitas kereta metro.
Gerakan Chipko berhasil menyelamatkan hutan. Seiring waktu, gerakan ini sendiri kian berkembang dan terorganisir, bahkan melintasi batas-batas geografis.
Bagaimana kita? Hutan sudah gundul. Bencana terus datang. Mari memeluk pohon, sumber kehidupan.*** (O Gozali)