Purwokerto, serayunews.com
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir saat menerima kunjungan mahasiswa asing dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) mengatakan, tanpa memperhitungkan benefit dan keamanan, Muhammadiyah merambah Papua yang butuh sentuhan dalam banyak hal.
“Muhammadiyah bisa diterima di Papua, karena kita mengedepankan kiprah nyata. Misalnya, membangun balai kesehatan, sekolah, pemberdayaan masyarakat dan lainnya. Sehingga masyarakat Papua merasakan langsung manfaat kehadiran Muhammadiyah. Biarpun berbeda keyakinan dan berasal dari Pulau Jawa, pada akhirnya Muhammadiyah bisa diterima dengan baik di Papua,” terangnya.
Haedar bercerita, ada sebuah pulau kecil di Papua Barat yaitu Pulau Arang yang letaknya terpencil. Harus naik perahu kecil untuk sampai ke lokasi tersebut. Di Pulau Arang, hanya ada sekolah dasar (SD) Inpres yang dibangun pada masa Orde Baru. Kemudian Aisyiyah hadir membangun Taman Kanak-Kanak (TK), berlanjut Muhammadiyah membangun SMP, SMA serta SMK, sehingga anak-anak sekolah tidak perlu lagi menyeberang ke Pulau Sorong untuk belajar.
Tak hanya itu, Muhammadiyah juga berhasil membuat Suku Kokodai, yang merupakan suku terbesar di Papua Barat, hidup menetap. Sebelumnya, mereka hidup nomaden. Setelah difasilitasi lahan, kemudian dapat pelatihan bertani dan beternak, suku tersebut menetap dan satu kelurahan menjadi warga Muhammadiyah.
“Proses perjalanan Muhammadiyah dengan masyarakat Papua cukup panjang. Kita sudah memahami karakter mereka dan sebaliknya, mereka juga merasakan manfaat dari kehadiran Muhammadiyah. Dakwah kita juga berjalan, dengan sukarela dan penuh kesadaran banyak yang bergabung dengan Muhammadiyah,” kata Haedar.
Profesor yang biasa disapa Buya Haedar ini mengatakan, kunci utama Muhammadiyah bisa diterima dengan baik di Papua adalah bahwa perbuatan itu jauh lebih valid daripada kata-kata. Muhammadiyah tidak berbicara tentang Islam beserta penjabaran ajaran-ajarannya, tetapi Muhammadiyah menunjukkan bahwa Islam mempunyai kepedulian yang besar dan bisa menyatu dengan masyarakat manapun. Haedar menyebut, Muhammadiyah menghadirkan pluralisme yang otentik, saat bisa bekerjasama dan berinteraksi dalam perbedaan, membuat hidup menjadi nyaman. Dan perlahan, risiko keamanan terkikis dengan sendirinya.
“Ketika ada peristiwa yang tidak kondusif, maka masyarakat Papua ini dengan mantap mengatakan, Muhammadiyah adalah keluarga kami,” ungkapnya.
Muhammadiyah, lanjutnya, ingin membangun image Papua yang kondusif, bahwa problem ketidakamanan adalah benang kusut yang harus diurai dan kebijakan yang diambil juga harus diubah, dengan lebih mengakomodir warga setempat. Menurut Haedar, pendekatan fisik saja tidak cukup, harus ada pendekatan culture, sehingga dalam muktamar lalu, Muhammadiyah juga mengamanatkan adanya re-orientasi pendekatan dalam penyelesaian Papua.
Sementara itu, Rektor UMP, Jebul Suroso menyampaikan, banyak sekali hal positif yang bisa dipelajari dari Muhammadiyah. Karenanya, UMP membuka kesempatan kepada para mahasiswa asing untuk bisa berinteraksi dan berdialog langsung dengan ketum Muhammadiyah.
“Kita beruntung, Pak Haedar ada waktu untuk menerima kunjungan UMP, karena kesibukan beliau sangat banyak dan dari pertemuan singkat ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh, pemahaman mahasiswa terhadap ke-Muhammadiyahan juga semakin dalam,” kata Rektor, Senin (26/12/2022).