SERAYUNEWS-Harga beras di sejumlah pasar tradisional Banjarnegara terus merangkak naik. Bahkan keluhan kenaikan ini tidak hanya dirasakan oleh konsumen, tetapi juga pedagang dan pengusaha penggilingan padi sekala menengah di Banjarnegara.
Kenaikan harga ini tentu membuat para pedagang maupun pengusaha beras di Banjarnegara tidak berani mengambil stok terlalu banyak, belum lagi daya beli masyarakat juga menurun, khususnya untuk beras premium.
Hasil pantauan di sejumlah pedagang beras di pasar Banjarnegara, beberapa pedagang beras memilih untuk mengurangi jumlah pembelian. Bahkan kenaikan beras ini sudah terjadi sejak Juni lalu, bahkan harga terus merangkak naik hingga saat ini.
Mulyani, pedagang beras Banjarnegara mengaku kenaikan harga sangat terasa dalam dua pekan terakhir, dimana kenaikan rata-rata Rp1.000 hingga 1.500 per kilogram. Harga beras jenis C4 yang sebelumnya Rp10.200 per kilogram, kini sudah naik menjadi Rp 12.000 per kilogram, bahkan untuk beras yang bagus bisa sampai Rp14.000 per kilogram.
“Untuk beras packing isi 5 kilogram juga mengalami kenaikan, jika sebelumnya Rp60.000 per pack kini sudah sampai Rp69.000 per pack, belum lagi untuk jenis super yang bisa menembus Rp14.000 per kilogram,” ujarnya.
Sementara itu, pengusaha beras Banjarnegara Toto mengakui jika kenaikan harga sudah terjadi sejak di tingkat petani, dimana harga gabah kering panen yang sebelumnya Rp4.800 per kilogram kini naik menjadi Rp5.800 per kilogram. Sedangkan gabah kering giling dengan kualitas bagus yang sebelumnya Rp8.300 kini menjadi Rp11.500 per kilogram.
Padahal, pemerintah sudah menetapkan HET untuk gabah premium kering panen di tingkat petani sebesar Rp5.000 dan GKP di tingkat penggilingan Rp5.100. Sementara itu, untuk gabah kering giling di penggilingan ditetapkan di harga Rp6.200.
“Dengan harga seperti itu, maka banyak pengusaha penggilingan beras yang tidak mampu mengolah, kalau dipaksakan, tentu harganya tinggi, dan ini akan memberatkan konsumen,” katanya.
Akibat kenaikan harga ini, tentu saja banyak pengusaha kecil dan menengah yang menjerit, mereka tidak mampu lagi mengolah beras, padahal untuk masa panen raya masih panjang.