SERAYUNEWS— Fakta sejarah yang banyak ditutupi, diktator Nazi Adolf Hitler ternyata bukan warga asli Jerman. Padahal, ia yang menumbuhkan ideologi fasisme yang didasari kepercayaan bahwa bangsa Jerman lebih baik dari bangsa lain.
Hitler lahir di Braunau am Inn, Austria pada 20 April 1889, sebuah kota kecil di Austria utara, di dekat perbatasan dengan Jerman. Akan tetapi, kota itu memiliki beban warisan sejarah. Keberadaan rumah Hitler yang tidak jauh dari alun-alun kota yang sampai saat ini masih menarik beberapa simpatisan Neo-Nazi.
Pria yang terkenal sebagai El Fuhrer itu bersama keluarganya kemudian menjadi imigran Austria dan mendiami Jerman sejak 1913 dan menetap di Muenchen. Setelah itu, pada 1925, ia resmi melepaskan statusnya sebagai warga negara Austria. Sejak itu, otomatis dia tak memiliki status warga negara.
Saat usianya usianya 25 tahun dia memilih bergabung dengan militer. Usai Perang Dunia I, Hitler bekerja di dinas intelijen militer Jerman. Dia mendapat tugas untuk memata-matai sebuah forum diskusi Partai Buruh Jeman (DAP).
Kemudian, Hitler justru masuk menjasi anggota DAP dan mengubah namanya menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau Partai Buruh Nasionalis-Sosialis Jerman (Nazi). Lambang swastika yang berasal dari biara Katolik di Lambach dia jadikan identitas Partai Nazi.
Hitler banyak belajar dan akhirnya menjadi seorang orator ulung dengan mengadopsi pemikiran anti-Yahudi, nasionalis, dan anti-Marxisme.
Setelah mendapat kewarganegaraan Jerman, tak lama kemudian Presiden Jerman Paul von Hindenburg menunjuk Hitler sebagai kanselir disaat usianya 44 tahun.
Langkah awal yang dia tempuh membungkam pers dan menyingkirkan musuh-musuhnya. Setelah itu, Hitler mengeksploitasi pembakaran gedung Reichstag (parlemen) menuduh komunis aktor utamanya.
Setelah Presiden Paul von Hindenburg meninggal dunia, kabinet Jerman kemudian mengesahkan Undang Undang Jabatan Negara Tertinggi Reich yang menempatkan presiden dan kanselir dalam satu orang.
Strategi Hitler berhasil, ia menjadi Presiden sekaligus Kanselir Jerman. Penunjukan ini membuat Hitler kemudian mendapat julukan El Fuhrer, pemimpin absolut Jerman.
Kebijakan Hindenburg menjadikan Hitler sebagai kanselir merupakan langkah yang salah. Hitler bisa berbuat dengan bebas dan sesuai dengan keinginannya. Kata Hitler, “Alangkah beruntungnya penguasa bila rakyatnya tidak bisa berpikir.” *** (O Gozali)