SERAYUNEWS– Sepuluh malam terakhir di Bulan Ramadhan merupakan waktu yang sangat istimewa bagi umat Islam.
Pada malam-malam ini, kaum Muslim sebaiknya meningkatkan ibadah guna meraih keutamaan Lailatul Qadar.
Tidak hanya bagi laki-laki, wanita pun sebaiknya memperbanyak ibadah di malam-malam tersebut, sebagaimana contoh dari istri-istri Nabi Muhammad saw.
Dalam sebuah hadits, Aisyah radhiyallahu ’anha berkata,
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh malam terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya, menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Al-Bukhari No. 2024, Muslim No. 1174)
Dari hadis ini, wanita juga sebaiknya lebih giat beribadah di malam-malam terakhir Ramadhan.
Bahkan, para suami dianjurkan untuk membangunkan istri mereka agar turut serta dalam salat malam dan ibadah lainnya.
Rasulullah saw. juga bersabda,
“Carilah Lailatul Qadr pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari No. 2017, Muslim No. 1169)
Keutamaan Lailatul Qadr sangat besar, sebagaimana dalam hadis.
“Barangsiapa yang shalat malam pada malam Lailatul Qadr dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari No. 2014, Muslim No. 760)
Melansir laman Muslimah, sebagaimana dari Fiqh Sunnah Wanita, Syaikh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, itikaf merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan pada sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Istri-istri Nabi saw. pun melakukan itikaf setelah beliau wafat. Aisyah radhiyallahu ’anha berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu ber-itikaf pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Sepeninggal beliau, istri-istri beliau pun melakukan itikaf.” (HR. Al-Bukhari No. 2026, Muslim No. 1172)
Berikut beberapa ketentuan itikaf bagi wanita.
Allah Swt. berfirman, “Sedang kamu beri’tikaf di dalam masjid.” (QS. Al-Baqarah: 187)
Rasulullah saw. dan istri-istrinya pun melaksanakan itikaf di masjid.
3. Harus dalam ruang tertutup. Istri-istri Rasulullah saw. memiliki tempat khusus saat itikaf di masjid agar tetap menjaga kehormatan dan tidak bercampur dengan jamaah laki-laki.
4. Sibuk dengan ibadah. Selama itikaf, sebaiknya perbanyak salat, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa.
5. Boleh keluar jika mendesak. Aisyah radhiyallahu ’anha pernah keluar dari tempat itikafnya untuk suatu keperluan mendesak tanpa berlama-lama.
6. Tidak boleh berhubungan badan selama itikaf. Allah Swt. berfirman,
“Dan janganlah mencampuri mereka, sedang kamu beri’tikaf di dalam masjid.” (QS. Al-Baqarah: 187)
7. Boleh menyentuh suami tanpa syahwat. Rasulullah saw. pernah menyisir rambut beliau sendiri dengan bantuan Aisyah radhiyallahu ’anha saat sedang itikaf.
8. Wanita yang mengalami istihadah tetap boleh itikaf. Selama dapat menjaga kebersihan masjid, wanita yang mengalami istihadah tetap boleh untuk itikaf.
9. Boleh mendapat kunjungan atau menemui suami. Shafiyyah, istri Rasulullah saw. , pernah menemui beliau saat itikaf, dan Nabi saw. pun mengantarnya kembali ke rumah.
10. Tetap boleh dilamar atau dinikahi. Wanita yang sedang melaksanakan itikaf tetap boleh dilamar atau dinikahi, tetapi dilarang berhubungan badan selama itikaf.
Wanita memiliki kesempatan yang sama seperti laki-laki dalam meraih keutamaan sepuluh malam terakhir Ramadhan.
Mereka sebaiknya memperbanyak ibadah, termasuk salat malam, membaca Al-Qur’an, dan berzikir.
Selain itu, itikaf bagi wanita memiliki ketentuan khusus agar tetap menjaga adab dan kesucian ibadah.
Dengan memahami aturan dan keutamaannya, setiap Muslimah dapat meraih keberkahan Ramadhan dengan optimal.***