SERAYUNEWS – Kumpulan kata-kata bijak Imam Syafi’i tentang pemimpin yang bisa menjadi ide status WA. Masyarakat Indonesia akan segera mengikuti Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Tahun ini juga ada Pemilihan Presiden (Pilpres) yang membuat suasana sehari-hari cukup ramai. Siapa capres-cawapres yang akan dipilih?
Tentu saja hal ini perlu dipertimbangkan oleh masyarakat dalam menentukan pilihan yang tepat. Apalagi memilih pemimpin untuk negara Indonesia.
Ada inspirasi dalam memilih seorang pemimpin yang disampaikan oleh Imam Syafi’i. Melalui kata-kata bijak yang disampaikannya bisa direnungkan.
SerayuNews.com telah mengumpulkan kata-kata tentang pemimpin.
“Orang yang berilmu dan beradab, tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu, merantaulah ke negeri orang.”
“Pilar kepemimpinan itu ada lima: perkataan yang benar, menyimpan rahasia, menepati janji, senantiasa memberi nasihat, dan menunaikan amanah.”
“Pekerjaan terberat itu ada tiga: Sikap dermawan di saat dalam keadaan sempit, menjauhi dosa di kala sendiri, berkata benar di hadapan orang yang ditakuti.”
“Bekal paling merugikan untuk di bawa ke akhirat adalah permusuhan.”
“Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukan dirinya, dan manusia yang paling banyak memiliki kelebihan adalah mereka yang tidak melihat kelebihan dirinya.”
“Ketahuilah sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna, dindingnya juga hilang dan hancur, maka perbanyaklah perbuatan baik dan jangan terlalu banyak berangan-angan.”
“Orang yang paling tertipu adalah yang merendah di hadapan orang yang tidak menghargainya, yang mencintai orang yang tidak bermanfaat baginya, yang bangga dengan pujian orang yang tidak mengenalnya.”
“Cukuplah Engkau bagiku. Dan cukuplah Engkau bagi hatiku. Jika aku memiliki keagungan, sesungguhnya itu berasal dari keagungan-Mu.”
“Aku mampu berhujah dengan 10 orang berilmu, tapi aku akan kalah pada satu orang yang jahil (bodoh) karena ia tidak tahu akan landasan ilmu.”
“Orang yang pandai akan bertanya tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui. Dengan menanyakan apa yang ia ketahui, maka ia akan semakin mantap, dan dengan menanyakan apa yang belum ia ketahui, maka ia akan menjadi tahu.”
“Jadikanlah diam sebagai sarana atas pembicaraanmu, dan tentukan sikap dengan berpikir.”
“Perbanyaklah saudara semampu yang kaubisa. Mereka akan menjadi perut-perut dan punggung-punggung saat kau meminta bantuan. Seribu kawan tidaklah banyak. Seorang musuh barulah banyak.”
“Jangan terpesona dengan kehidupanmu di dunia sehingga meninggalkan kehidupan akhirat.”
“Kaji dan dalamilah sebelum engkau menduduki jabatan, karena kalau engkau telah mendudukinya, maka tidak ada kesempatan bagimu untuk mengkaji dan mendalaminya.”
“Biarlah mereka bersikap bodoh dan menghina, dan tetaplah kita bersikap santun. Gaharu akan semakin wangi ketika disulut api.”