SERAYUNEWS – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Purwokerto mencatat terjadi inflasi signifikan di wilayah Banyumas dan Cilacap selama bulan Maret 2025.
Inflasi tersebut mencapai lebih dari 1 persen, akibat kenaikan permintaan bahan pangan menjelang Idulfitri 1446 H, serta normalnya kembali tarif listrik rumah tangga.
Kepala KPwBI Purwokerto, Christoveny mengungkapkan, berdasarkan data dari BPS, inflasi di wilayah Purwokerto tercatat sebesar 1,49% month-to-month (mtm) dan 0,80% year-on-year (yoy).
Angka ini naik cukup drastis jika dibandingkan Februari 2025 yang sempat mengalami deflasi sebesar -0,52% (mtm) dan -0,11% (yoy).
“Berdasarkan data BPS, realisasi inflasi Purwokerto pada Maret 2025 tercatat sebesar 1,49% month-to-month (mtm) dan 0,80% year-on-year (yoy). Atau meningkat dibandingkan bulan Februari sebesar -0,52% (mtm) dan -0,11% (yoy),” ujarnya, Rabu (9/4/2025).
Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Cilacap yang mencatat inflasi 1,39% (mtm) dan 1,05% (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar -0,74% (mtm) dan 0,30% (yoy).
Secara tahunan, inflasi Purwokerto (0,80%) tercatat lebih tinggi dari inflasi tahunan Jawa Tengah (0,75%). Namun masih di bawah inflasi nasional (1,03%). Sementara itu, inflasi tahunan Cilacap sebesar 1,05%, lebih tinggi dibandingkan keduanya.
Menurut Christoveny, inflasi Maret karena berakhirnya program diskon tarif listrik 50 persen untuk pelanggan rumah tangga dengan daya 450 VA hingga 2.200 VA. Hal ini berdampak langsung pada pengeluaran rumah tangga.
“Inflasi Maret 2025 terutama karena kembali normalnya tarif listrik di bulan Maret sejalan dengan berakhirnya program pemberian diskon 50 persen,” kata dia.
Selain tarif listrik, naiknya permintaan dan terganggunya pasokan bahan pangan menjelang Ramadan dan Lebaran juga memperparah tekanan inflasi. Terutama untuk komoditas seperti bawang merah dan cabai rawit.
“Penurunan pasokan bawang merah tersebut, sejalan dengan belum masuknya masa panen. Sementara terbatasnya pasokan cabai rawit, akibat faktor cuaca yang kurang mendukung. Curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya gagal panen di beberapa sentra produksi,” ujarnya.
Selain faktor domestik, kondisi geopolitik global turut memengaruhi. Harga emas batangan mengalami kenaikan selama periode tersebut yang turut menyumbang inflasi. Namun begitu, inflasi tertahan sebagian oleh adanya kebijakan diskon tiket kereta api.
“Meski demikian, tingkat inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh kebijakan pemberian diskon 25 persen oleh PT Kereta Api Indonesia yang mendorong turunnya harga tiket kereta api di Maret 2025,” jelasnya.
Guna menjaga stabilitas harga dan daya beli masyarakat, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Purwokerto dan Cilacap menggencarkan pemantauan harga dan distribusi bahan pokok di sejumlah titik strategis.
“TPID bersama stakeholder terkait aktif melakukan pemantauan harga dan ketersediaan pasokan di sejumlah titik strategis, seperti Pasar Manis, Pasar Karanglewas. Kemudian SPBE Cilongok, dan Indogrosir Purwokerto. Langkah ini untuk memastikan kelancaran distribusi, kestabilan harga, dan kecukupan pasokan kebutuhan pokok,” pungkas Christoveny.