
SERAYUNEWS-Naga Tapa resmi ditetapkan sebagai batik khas Purbalingga. Peluncuran dilakukan Bupati Purbalingga Fahmi Muhammad Hanif di puncak dalam perayaan Hari Batik Nasional Tahun 2025, yang dikemas dalam acara bertajuk “Symphony Batik Purbalingga 2025” di Alun-alun Purbalingga, Sabtu (25/10/2025) malam.
Motif Naga Tapa memiliki makna dan filosofi tersendiri. Pemerhati sejarah Purbalingga Gunanto Eko Saputro, Minggu (26/10/2025) mengatakan Batik Naga Tapa Purbalingga melambangkan kesaktian, kekuasaan, dan kekuatan. ”Sehingga batik ini dahulu hanya dapat dikenakan oleh pejabat pada saat bertugas. Penggunaannya marak di lingkungan pemerintahan pada masa kepemimpinan Bupati IX, Aryo Sugondho,” kata pengurus Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Purbalingga itu.
Adapun motif batik ini terdiri dari sepuluh variasi naga, delapan variasi bangunan, dampar, tiga variasi gajah, empat variasi burung, tiga variasi bajing, harimau, empat variasi kijang, tiga variasi kumbang, enam variasi pohon hayat dan 57 variasi tumbuhan. “Pola motif batik naga tapa berupa pohon hayat yang dikelilingi oleh naga, bangunan, dampar, motif gajah, bajing, harimau, kijang, kumbang, burung dan tumbuhan. Warna batik naga tapa Purbalingga yaitu putih, cokelat dan biru tua,” ujarnya.
Batik Naga Tapa yang tersimpan di Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja ini merupakan karya R.A. Soegiarti (lahir di Purbalingga pada 28 Desember 1897) cucu Bupati VI Raden Tumenggung Dipokusumo IV. Batik ini dibuatnya untuk seragam bekerja sang suami Raden Mas Aboesono yang berprofesi sebagai Kepala Kantor Pos di Purbalingga pada sekira 1940.
Sementara itu Bupati Fahmi mengatakan Pemkab Purbalingga akan mempromosikan batik Naga Tapa agar terus lestari dan dikenal luas. Pemkab akan mendorong proses produksi dan promosi batik ini di berbagai sektor—mulai dari ASN, pengrajin, pelaku usaha, hingga masyarakat.