Cilacap, serayunews.com
Tokoh pemuda setempat yang juga Sekretaris Desa Ujungalang Kustoro menyebutkan, sebelum bernama Motean pulau ini dikenal dengan nama Bejagan. Lantaran tempat tersebut merupakan titik penjagaan tentara Mataram dari perompak dan bajak laut.
“Karena dulu hasil bumi dari periangan timur dikirim melalui Sungai Citanduy kemudian melewati Segara Anakan menuju pelabuhan Cilacap. Namun ternyata rentan terjadi pembajakan dari perompak, sehingga ditempatkanlah pos penjagaan tersebut,” ungkapnya, Selasa (6/4/2021).
Ia menambahkan, masyarakat pulau Motean tadinya merupakan penduduk pulau Nusakambangan, sebelum pulau itu difungsikan sebagai penjara. Namun seiring berfungsinya Nusakambangan sebagai pulau penjara, masyarakat direlokasi ke tepian pulau. Bahkan lebih banyak yang memilih untuk membuat rumah panggung di atas laguna Segara Anakan.
“Fenomenanya cukup unik, masyarakat yang tadinya merupakan petani, namun karena pindah ke pesisir kemudian beralih profesi sebagai nelayan. Tidak ada catatan tahun yang pasti, namun menurut cerita orang tua di sana yang jelas sebelum pecahnya perang Diponegoro,” katanya.
Seiring berjalannya waktu, kata dia, sehingga munculnya tanah timbul akibat pendangkalan kawasan Segara Anakan, membuat masyarakat memilih membangun rumah permanen. Di sisi lain bahan baku kayu yang tadinya diperoleh dari Nusakambangan semakin sulit didapat, ditambah lagi pengawasan semakin ketat dari Kementerian Kehakiman kala itu.
“Sekitar tahun 70an mulai ada rumah permanen, lambat laun semakin banyak yang mengikuti. Sehingga saat ini berdempetan layaknya perumahan. Faktornya sederhana, karena di pulau lain kontur tanahnya tidak mendukung untuk dihuni,” kata Kustoro.
Pria yang akrab disapa Toro ini mengatakan, hingga saat ini jumlah penduduk yang menempati pulau tersebut sebanyak 1570 KK
atau sebanyak 5722 jiwa. Pulau tersebut mempunyai panjang 1600 Meter dan Lebar 150 Meter, yang terdiri dari dua Dusun, yaitu Motean dan Paniten.
“Ke depan mungkin akan semakin padat. Namun saat ini sudah mulai ada yang pindah ke pulau seberang. Namun dengan biaya yang cukup tinggi, lantaran harus memadatkan tanah terlebih dahulu,” ungkap Toro.