SERAYUNEWS– Sebagai objek vital, sistem pengamanan Museum Nasional Indonesia harusnya memiliki standard kelas I. Dengan menjadi arus utama kebijakan pembangunan budaya di tanah air, harapannya dapat mengantisipasi berbagai ancaman, baik kerusakan maupun kehilangan termasuk peristiwa kebakaran.
Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda dalam keterangannya mengaku prihatin atas kebakaran di Museum Nasional Indonesia. Komisi X menilai kejadian ini menjadi bukti bahwa pengelolaan museum sebagai penyimpanan artefak sejarah Indonesia, belum menjadi arus utama dalam kebijakan pembangunan budaya di tanah air.
“Kami tentu sangat prihatin dengan kejadian kebakaran Museum Nasional. Sebagai objek vital harusnya sistem pengamanan Museum Nasional harus kelas I sehingga bisa mengantisipasi berbagai ancaman baik kerusakan maupun kehilangan termasuk peristiwa kebakaran,” ungkap Syaiful Huda.
Pihaknya mengingatkan agar pemangku kepentingan terkait tidak mengulang kesalahan yang sama di masa depan. Dia menjelaskan, museum harusnya tidak sekadar tempat penyimpanan dan pameran artefak sejarah semata. Lebih dari itu museum adalah tempat identitas diri bangsa tersimpan dari waktu ke waktu.
“Koleksi berupa benda cagar budaya ini seringkali bersifat langka (unique), jumlahnya sangat terbatas (limited), rapuh (fragile), serta jika rusak tidak lagi dapat diperbarui (unrenewable). Maka harusnya benar-benar dijaga betul,” pintanya dalam keterangan di laman resmi DPR, Senin (18/9/2023).
Dia menilai keberadaan Museum Nasional Indonesia sangat vital. Di tempat ini tersimpan sedikitnya 140.000 benda bersejarah dari seluruh pelosok nusantara yang masuk kategori dalam kluster etnografi, perunggu, keramik, prasejarah, tekstil, numismatik, relik sejarah, buku langka, dan benda berharga.
“Berbagai artefak sejarah tersebut menjadi benang merah atas eksistensi manusia Indonesia dari waktu ke waktu, maka sudah seharusnya jika ada pengamanan berlapis dari ancaman kerusakan maupun kehilangan,” beber Politisi Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Dia mempertanyakan, kebakaran bisa terjadi di kawasan Museum Nasional dalam waktu relatif lama. Harusnya ada deteksi ancaman kebakaran beserta mitigasinya. “Apakah tidak ada sensor yang mendeteksi titik api dan sistem pemadaman yang otomatis mengingat ini Museum Nasional,” tanya dia.
Lalu, lanjut dia, rentang kebakaran berlangsung hingga selama dua jam lebih. Ini yang menurut kami harus ada investigasi menyeluruh.
Diketahui, kebakaran hebat melanda Museum Nasional Indonesia pada Sabtu (16/9/2023) malam. Kebakaran menghanguskan sedikitnya enam ruang Gedung A.
Gedung ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pameran berbagai artefak pra sejarah Indonesia. Badan Layanan Umum (BLU) Museum dan Cagar Budaya Kemendikbudristek sebagai pengelola Museum Nasional meminta kepada aparat berwajib agar mengusut tuntas kejadian tersebut.