SERAYUNEWS – Hari ini, Rabu (24/7/2024), bakal menjadi peringatan Hari Kebaya Nasional Ke-1 atau pertama kali sejak Presiden Joko Widodo tetapkan tahun lalu.
Penetapan Hari Kebaya Nasional ini melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 yang ditandatangani oleh Presiden Jokowi pada tanggal 4 Agustus 2023.
Salah satu peristiwa besar dalam sejarah peringatan ini adalah ketika digelar Kongres Wanita Indonesia X tahun 1964 di Istora Senayan, Jakarta.
Presiden Soekarno menghadiri peristiwa tersebut dengan peserta 7000 perempuan yang mengenakan kain kebaya. Jadi, sampai saat ini kebaya terus menjadi jati diri perempuan-perempuan Indonesia.
Untuk memperingati Hari Kebaya Nasional Ke-1 Tahun 2024, berikut serayunews.com sajikan artikel mengenai jenis-jenis kebaya yang ada di Indonesia.
Selanjutnya, melansir dari laman indonesia.go.id, istilah kebaya itu diyakini dari kata abaya, berasal dari kosa kata Arab yang berarti pakaian.
Ketika diadopsi ke dalam Bahasa Melayu, kebaya merujuk pada blus perempuan yang memiliki ciri khas dari kain yang lembut, tipis dan didesain dengan motif sulaman (bermotif daun atau bunga) dan dijahit mengikuti lekuk liku tubuh pemakainya.
Di sini, kebaya menjadi berbeda dari abaya, busana wanita Timur Tengah yang serba longgar dan tertutup. Lalu, sebagian masyarakat memilih kebaya dalam model baju kurung, tanpa bukaan di depan, mirip baju teluk belangga.
Dalam perkembangannya, terdapat persilangan antara baju kurung dan kebaya ini. Oleh karena itu, tak mudah menelisik jejak kebaya generasi pertama di Nusantara.
Hampir penduduk Nusantara sudah menguasai teknik tenun, dengan benang kapas, itu sudah terjadi sejak awal tahun Masehi.
Akan tetapi, pakaian sebagai penutup aurat tampak mulai berkembang sering masuknya budaya Islam di sekitar abad 15, terutama di bandar-bandar di tepi laut yang menjadi kota perniagaan.
Budaya kebaya tidak serta-merta melanda seluruh warga. Sampai abad 18, perempuan kebanyakan di komunitas Jawa dan Sunda masih mengenakan kemben dan kain jarik dalam keseharian mereka.
Kemudian, muncul sejumlah model kebaya sejak pertengahan abad 19. Ada model kebaya kartini, kebaya encim, kebaya noni, dan kebaya kutubaru.
Model kebaya yang satu ini memiliki ciri khas dengan bahan kain yang lembut, tipis, kadang agak transparan, dan aksen sulaman dengan teknik krancang (bordir terawang).
Batas bawah kebaya dinaikkan dengan guntingan akhir yang meruncing di depan. Pilihan warna-warnanya lebih terang. Perempuan Betawi mengadopsi sejak lama, sehingga kebaya encim lazim menjadi busana adat Betawi.
Penyebutan kebaya kartini karena kebaya ini sering RA Kartini gunakan dalam foto-fotonya. Bukaan depan kebaya kartini mirip dengan kebaya encim.
Perbedaannya ialah model kebaya Kartini memakai aksen lipatan pada bagian dada dan panjang kebaya menutup sampai panggul.
Ciri khas lainnya, ada lipatan kerah yang membentuk garis vertikal, hingga memberi ilusi lebih tinggi serta ramping pada pemakai. Kebaya kartini sering berpadu dengan stola sebagai pelengkap penampilan.
Berikutnya, seperti kebaya kartini dan kebaya encim, kebaya model noni Belanda ini memiliki model bukaan depan. Yang membedakan adalah di bagian depannya ada hiasan renda.
Dari namanya, bisa ditebak model kebaya ini terinspirasi dari busana khas Eropa. Di masa kolonial, para perempuan Barat itu mengenakan baju panjang itu berpadu dengan sarung khas Indonesia.
Baju panjang ini biasanya bermotif bunga-bunga, termasuk bunga tulip khas Belanda. Kebaya noni identik warna dasar putih yang berpadu dengan motif-motif bunga berwarna lembut.
Kemudian, sering disebut model paling klasik, kebaya kutubaru dicirikan oleh siluet yang tampil berbentuk gier (lapisan bagian tengah di bagian muka kebaya).
Potongan kebaya yang satu ini lebih terkesan standar dengan lengan sedikit pas. Umumnya, pemakaian kebaya kutubaru menggunakan tambahan korset atau long torso yang terpisah dari kebaya.
Itulah beberapa contoh kebaya yang berkembang pada abad 19. Selamat memperingati Hari Kebaya Nasional. Semoga warisan budaya ini tetap terjaga!
***