SERAYUNEWS – Tangagal 7 April 2025 berapa Syawal? Mengetahui tanggal Hijriah adalah hal yang penting bagi umat Islam
Tak hanya untuk keperluan ibadah wajib seperti puasa, haji, dan zakat, tetapi juga untuk memperingati hari-hari besar keagamaan seperti Idul Fitri, Iduladha, hingga momen khusus di bulan Syawal.
Salah satu pertanyaan umum yang sering muncul adalah: hari ini tanggal berapa dalam kalender Hijriah?
Khususnya pada momen setelah Idulfitri, umat Islam kerap kali ingin memastikan kapan dimulainya bulan Syawal dan hari-hari penting di dalamnya.
Nah, pada Senin, 7 April 2025, menurut data dari Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), tanggal ini bertepatan dengan 8 Syawal 1446 H.
Lalu, apa makna dari tanggal 8 Syawal ini? Apakah ada tradisi yang masih dilakukan oleh umat Islam di Indonesia? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Tanggal 8 Syawal 1446 H menjadi momen penting dalam budaya Islam di Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Jawa dan Nahdliyin.
Tanggal ini dikenal sebagai Lebaran Ketupat, tradisi khas Nusantara yang mengakar kuat dalam budaya lokal.
Sebagai referensi, berikut ini adalah tanggal Hijriah sepanjang bulan April 2025:
1 April 2025: 2 Syawal 1446 H
2 April 2025: 3 Syawal 1446 H
3 April 2025: 4 Syawal 1446 H
4 April 2025: 5 Syawal 1446 H
5 April 2025: 6 Syawal 1446 H
6 April 2025: 7 Syawal 1446 H
7 April 2025: 8 Syawal 1446 H
8 April 2025: 9 Syawal 1446 H
9 April 2025: 10 Syawal 1446 H
10 April 2025: 11 Syawal 1446 H
11 April 2025: 12 Syawal 1446 H
12 April 2025: 13 Syawal 1446 H
13 April 2025: 14 Syawal 1446 H
14 April 2025: 15 Syawal 1446 H
15 April 2025: 16 Syawal 1446 H
16 April 2025: 17 Syawal 1446 H
17 April 2025: 18 Syawal 1446 H
18 April 2025: 19 Syawal 1446 H
19 April 2025: 20 Syawal 1446 H
20 April 2025: 21 Syawal 1446 H
21 April 2025: 22 Syawal 1446 H
22 April 2025: 23 Syawal 1446 H
23 April 2025: 24 Syawal 1446 H
24 April 2025: 25 Syawal 1446 H
25 April 2025: 26 Syawal 1446 H
26 April 2025: 27 Syawal 1446 H
27 April 2025: 28 Syawal 1446 H
28 April 2025: 29 Syawal 1446 H
29 April 2025: 1 Dzulqa’dah 1446 H
30 April 2025: 2 Dzulqa’dah 1446 H
Mengutip dari NU Online, tradisi Lebaran Ketupat dipercaya berasal dari ajaran Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Sunan Kalijaga memperkenalkan konsep “ngaku lepat” atau mengakui kesalahan, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk ketupat sebagai simbol pembersihan diri dan saling memaafkan.
Ketupat bukan hanya makanan, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai religius dan budaya. Beberapa filosofi yang melekat pada ketupat antara lain:
“Ngaku Lepat”: Arti harfiah dari kata “ketupat” dalam bahasa Jawa adalah pengakuan atas kesalahan. Tradisi ini mengajak masyarakat untuk saling memaafkan setelah bulan Ramadan.
Janur Kuning: Anyaman daun kelapa muda atau janur kuning yang membungkus ketupat dipercaya masyarakat Jawa memiliki makna penolak bala atau pengusir energi negatif.
Bentuk Segi Empat: Melambangkan “kiblat papat lima pancer”, yang berarti arah mata angin empat (timur, barat, utara, selatan) dan satu pusat, yaitu Allah SWT. Ini mengajarkan manusia agar selalu kembali pada Sang Pencipta dalam setiap arah kehidupan.
Meskipun asal usulnya berasal dari tanah Jawa, tradisi Lebaran Ketupat kini telah meluas ke berbagai daerah di Indonesia dengan bentuk yang beragam:
Madura: Dikenal sebagai “Tellasan Topa”, masyarakat merayakannya dengan membawa ketupat dan makanan lain ke masjid untuk didoakan lalu disantap bersama.
Lombok: Masyarakat Sasak menyebutnya “Lebaran Topat” dan merayakannya di tempat wisata atau makam leluhur.
Betawi: Di Jakarta, warga Betawi menggelar tradisi “ketupat sayur” sambil berkumpul bersama keluarga besar.
Jawa Tengah dan Yogyakarta: Biasanya ada arak-arakan atau kirab budaya yang menyertai perayaan ini.
Tanggal 7 April 2025 yang bertepatan dengan 8 Syawal 1446 H menjadi momen istimewa karena dirayakan sebagai Lebaran Ketupat.
Tradisi ini bukan hanya sekadar ajang makan bersama, tetapi mengandung pesan moral dan spiritual yang mendalam: mengakui kesalahan, memohon maaf, dan membuka lembaran baru.
Bagi umat Islam, memahami kalender Hijriah bukan hanya soal tanggal, tapi juga menyangkut bagaimana kita menyesuaikan hidup dengan nilai-nilai Islam.
Dari momentum seperti ini, kita belajar bahwa Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tapi juga dengan sesama manusia melalui tradisi yang penuh makna.
***