Dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan digelar 14 Februari 2024 berbarengan dengan Pemilu Legislatif (Pileg) semakin menghangat. Kejutan-kejutan muncul menjelang pendaftaran Bakal Calon Presiden (Bacapres) dan Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres) Oktober mendatang.
Yang terbaru adalah bergabungnya dua parpol masing-masing Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) ke kubu Koalisi Kebangsaan Indonesia Raya yang digagas Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang telah menetapkan Prabowo Subianto sebagai Capres.
Ikatan kerjasama antara Partai Golkar, PAN, Gerindra dan PKB terjadi di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Minggu (13/8/2023). Ini merupakan kejutan, pasalnya Golkar bersama PAN dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebelumnya telah membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) menuju Pilpres 2024.
Hanya saja di tengah jalan PPP mengambil jalan sendiri dengan bergabung dengan PDIP yang telah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai Capres. Hanya saja banyak yang tidak menduga jika Golkar dan PAN memilih menyeberang ke kubu Prabowo. Sebelumnya dua parpol tersebut diprediksi akan berlabuh ke PDIP dan mendukung pencapresan Ganjar Pranowo.
Beberapa kali dalam acara internal partainya, Ketua Umum PAN Zulkifili Hasan menyatakan bahwa Ganjar Pranowo masuk radar sebagai Capres yang akan diusung. Bahkan sudah ada upaya menjodohkan Ganjar dengan Menteri BUMN Erick Tohir untuk dimajukan di Pilpres 2024.
Sedangkan Golkar berdasarkan amanat Munas juga sudah mengusung Airlangga Hartarto sang ketua umum menjadi Capres. Tak hanya itu salah satu pengurus Golkar yaitu Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga digadang-gadang akan menjadi Cawapres Ganjar Pranowo.
Namun itulah uniknya politik Indonesia, apa yang diprediksi kadang tidak sesuai dengan kenyataan. Terbukti Golkar dan PAN memilih merapat ke Gerindra dan PKB untuk bersama-sama menuju Pilpres 2024. Mereka bersepakat mengusung ketua umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi Capres.
Dari sini kita kembali menanti kejutan tentang siapa Cawapres yang akan mendampingi mantan Danjen Koppasus tersebut untuk menuju pertarungan di Pilpres 2024. Pasalnya sebelum Golkar dan PAN bergabung, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar merupakan calon kuat Cawapres-nya Prabowo.
Tentu untuk menentukan siapa Cawapres Prabowo perlu ada kesepakatan dengan Golkar dan PAN kendati mereka bergabung belakangan. Apakah Prabowo akan memilih Muhaimin, Erick Tohir yag disorongkan PAN atau bahkan Airlangga Hartarto yang mendapatkan mandat dari Golkar.
Di lain pihak, Muhaimin di beberapa kesempatan sudah menyampaikan, apabila dirinya tidak digandeng Prabowo sebagai Cawapres, maka dia bisa saja akan keluar dari koalisi dan memilih bergabung dengan PDIP yang sudah mencapreskan Ganjar. Pasalnya nama Muhaimin masuk salah satu nominasi Cawapres gubernur Jateng tersebut.
Kejutan selanjutnya bisa juga datang dari koalisi Perubahan yang digawangi Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. Persoalannya serupa dengan Koalisi kubu Prabowo, kendati Koalisi Perubahan sudah menetapkan Anies Baswedan sebagai Capres, namun penentuan siapa yang akan menjadi Cawapres masih rumit. Nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menjadi salah satu kandidat terkuat yang disorongkan Partai Demokrat. Namun nampaknya belum ada kesepakatan dan ketetapan dari dua parpol anggota koalisi lainnya yaitu Nasdem dan PKS.
Padahal sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, Anies telah menyampaikan bahwa nama Cawapres akan diumumkan setelah mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut pulang dari tanah suci. Hingga saat ini belum terealisasi. Belakangan nama lain muncul sebagai kandidat cawapres Anies, yaitu puteri Gus Gur yaitu Yenny Wahid dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Bisa saja kejutan akan muncul di menit akhir menjelang pendaftaran Bacapres dan Bacawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Di kubu PDIP dan PPP yang sudah mengusung Ganjar sebagai Capres, juga bisa muncul kejutan. Selama ini nama Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PPP Sandiaga Uno disebut sebagai salah satu kandidat Cawapres terkuat untuk mendampingi Ganjar.
Namun kejutan bisa saja muncul. Apalagi Ketua DPP PDIP Puan Maharani juga pernah menyebutkan 10 kandidat Cawapres Ganjar. Dari sana juga muncul nama Muhaimin Iskandar dan Agus Harimurti Yudhoyono. Bukan tidak mungkin kejutan juga muncul, termasuk spekulasi memasangkan Ganjar dengan Muhaimin atau AHY.
Dalam politik, tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi. Dinamika menjelang Pilpres 2024 memang menarik ditunggu dan disimak. Tetapi, para kontestan jangan hanya terjebak dalam koalisi pragmatis. Yang perlu dimunculkan juga adalah bagaimana parpol dan Capres dan Cawapres yang Namanya sudah mulai muncul mulai menampilkan politik gagasan.
Jangan hanya sebatas politik untuk meraih kekuasaan, karena jika mampu memenangkan kontestasi ini, mereka akan bertanggung jawab menjadi nahkoda bagi rakyat Indonesia menuju bangsa yang lebih maju. Selamat menunggu kejutan selanjutnya menjelang Pilpres 2024.