SERAYUNEWS-Kemampuan literasi 80 persen guru di Kabupaten Purbalingga ternyata masih rendah. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan. Pasalnya guru menjadi salah satu ujung tombak dalam memberikan pendidikan kepada murid.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Purbalingga Tri Gunawan Setyadi, saat kegiatan supervisi program pemulihan pembelajaran tahap II, di lantai 3 Gedung SMPN 1 Purbalingga, Rabu (2/10/2024).
“Di Purbalingga terdapat sekitar 6.300 guru ASN dan non ASN. Sayangnya, yang memiliki kemampuan literasi memadai hanya pada kisaran 20 persen saja. Sementara kemampuan numerasinya terbilang cukup lumayan. Rendahnya kemampuan literasi itu karena minat baca guru di Purbalingga yang masih rendah,” paparnya.
Alih-alih memiliki perpustakaan pribadi di rumah, lanjut Tri Gunawan, setidaknya guru harus rajin membaca agar memiliki referensi yang cukup untuk menunjang proses pembelajaran. Tidak semata dari buku ajar tapi juga referensi tambahan yang relevan dalam tugas mengajarnya. “Bahkan pada jam-jam tidak mengajar, guru tidak memfaatkan untuk membaca buku di perpustakaan,” ujarnya.
Upaya pemerintah meningkatkan kualitas guru sudah dilakukan dengan kebijakan dana tunjangan sertifikasi. Dengan dana itu, guru bisa berlangganan internet dan membeli buku-buku yang relevan. “Bukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Misalnya nyicil mobil, beli tas dan lainnya” ujarnya.
Senada dengan Tri Gunawan, Mulida dari Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jateng yang juga hadir dalam kegiatan tersebut menyebutkan kondisi guru minim kemampuan literasi juga ada di daerah lain di Jateng. Kemampuan literasi yang rendah itu tercermin pula rendahnya minat baca siswa.
Rendahnya kemampuan literasi itu karena kurikulum yang berlaku tidak memotivasi guru agar aktif membaca. Bahan ajar sudah disediakan dari Kementerian. Awalnya, pada setiap kurikulum guru harus memperbanyak referensi dari berbagai sumber.
“Karena tuntutannya ketika guru mengajar dengan buku yang disediakan, ketika dipasangkan dengan kompetensi dasar atau kurikulum itu juga masih kurang,” ujarnya.
Dalam kegiatan supervisi program pemulihan pembelajaran tahap II itu, dilaksanakan pula supervisi literasi dan numersi. Peserta kegiatan meliputi sejumlah guru TK, SD dan SMP di Purbalingga yang sebelumnya sudah mendapat bimbingan sejak 2023. Hanya saja dari data literasi dan numerasi yang ada pada assesmen nasional masih rendah dan belum tuntas.
“Di Jateng, selain di Kota Magelang dan Salatiga, literasi dan numerasi guru masih rendah. Sehingga perlu treatment seperti program pemulihan pembelajaran yang berkaitan dengan upaya memotivasi dan meningkatkan minat maca peserta didik,” imbuhnya.
Diketahui literasi yang tinggi bagi guru sangat penting. Sebab, akan bisa menunjang bagi mereka ketika mengajar. Bahkan bisa memotivasi siswa untuk ikut berusaha rajin berliterasi.