SERAYUNEWS- Harga emas dunia kembali membuat sejarah dengan menembus rekor tertinggi sepanjang masa.
Lonjakan harga ini didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed), inflasi yang masih tinggi, hingga ketidakpastian geopolitik global.
Melansir berbagai sumber, berikut kami sajikan ulasan kenapa harga emas naik terus? Apalagi sampai sentuh rekor tertinggi sepanjang masa dan apa investor dunia panik?
Pada perdagangan Senin (22/9/2025), harga emas dunia naik 1,70% dan ditutup di US$3.746,21 per troy ons.
Pencapaian ini sekaligus menjadi rekor tertinggi emas sepanjang masa, serta pertama kalinya emas berhasil bertahan di level psikologis US$3.700 per troy ons.
Kenaikan berlanjut pada Selasa (23/9/2025). Hingga pukul 06.36 WIB, harga emas di pasar spot naik tipis 0,01% ke US$3.746,49 per troy ons. Dalam perdagangan intraday, logam mulia ini bahkan sempat menyentuh US$3.748 per troy ons.
Rekor emas tidak berhenti di situ. Pada perdagangan Selasa malam waktu New York, harga emas kembali melesat 0,47% ke US$3.763,82 per troy ons, dan sempat mencetak level intraday tertinggi US$3.790,82 sebelum akhirnya terkoreksi tipis.
Kini, harga emas hanya berjarak beberapa poin dari level psikologis baru US$3.800 per troy ons.
Banyak yang bertanya-tanya, mengapa harga emas bisa terus meroket di tahun 2025 ini? Berikut lima faktor utama yang memengaruhi lonjakan harga emas dunia:
1. Ekspektasi Penurunan Suku Bunga The Fed
Setelah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada awal September, The Fed mengisyaratkan masih ada ruang untuk pemangkasan lanjutan.
Investor kini menanti pidato Ketua The Fed Jerome Powell serta data inflasi PCE (Personal Consumption Expenditure) akhir pekan ini.
Semakin rendah suku bunga, semakin besar peluang emas naik. Alasannya, investasi berbunga rendah menjadi kurang menarik, sehingga investor lebih memilih emas sebagai aset lindung nilai.
2. Geopolitik Global yang Memanas
Konflik Rusia-Ukraina kembali mencuat, ditambah ketegangan NATO dengan Moskow yang makin memanas. NATO bahkan menuding Rusia melanggar wilayah udara Estonia, sebuah langkah yang dinilai provokatif.
Situasi ini membuat emas semakin dicari sebagai aset safe haven. Investor global mengalihkan dana mereka dari saham dan obligasi ke logam mulia yang lebih stabil.
3. Inflasi Tinggi dan Pelemahan Dolar AS
Inflasi di Amerika Serikat tercatat masih berada di kisaran 2,9%, lebih tinggi dari target. Kondisi ini membuat daya beli masyarakat tergerus dan memaksa investor mencari perlindungan lewat emas.
Selain itu, melemahnya dolar AS (greenback) menambah daya tarik emas. Karena emas dihargai dalam dolar, pelemahan greenback membuat emas lebih murah bagi investor asing. Permintaan pun melonjak, harga emas ikut terkerek.
4. Permintaan Fisik dari Asia dan Industri
Permintaan emas fisik juga berkontribusi besar. India dan China, dua pasar emas terbesar dunia, terus meningkatkan konsumsi untuk kebutuhan perhiasan, perayaan budaya, dan investasi.
Tidak hanya itu, industri teknologi juga semakin banyak menggunakan emas untuk komponen elektronik. Lonjakan permintaan fisik inilah yang semakin memperkokoh harga emas di level tinggi.
5. Dukungan dari Bank Sentral dan Investor ETF
Bank sentral dunia, termasuk Bank Rakyat China (PBoC), aktif menambah cadangan emas. PBoC bahkan mendorong pembelian emas batangan lewat Bursa Emas Shanghai.
Selain itu, investor institusional melalui produk Exchange Traded Fund (ETF) juga meningkatkan pembelian emas. Catatan Commerzbank menyebut minat beli yang tinggi dari ETF menjadi salah satu pendorong utama reli harga emas.
Menurut Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, permintaan emas sebagai aset safe haven masih akan kuat sepanjang tahun ini.
“Pemangkasan suku bunga The Fed, inflasi tinggi, serta geopolitik global akan terus menopang harga emas,” katanya.
Sementara itu, Bob Haberkorn, ahli strategi pasar di RJO Futures, menilai pidato Jerome Powell belum membawa sinyal baru. Namun, nada dovish yang sudah ditetapkan sebelumnya cukup untuk menjaga momentum bullish emas.
“Pasar emas menyadari bahwa tidak ada perubahan signifikan dari pidato Powell, sehingga tren naik masih dominan,” ujar Haberkorn.
Dengan harga emas yang terus menanjak hingga menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa, pertanyaan besar pun muncul: apakah tren ini akan bertahan, atau justru berbalik arah?
Jawabannya, emas masih sangat layak dipertimbangkan sebagai aset pelindung di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Kombinasi faktor suku bunga rendah, inflasi tinggi, konflik geopolitik, dan permintaan fisik yang besar menjadi alasan kuat mengapa harga emas sulit turun dalam waktu dekat.
Namun, investor tetap perlu berhati-hati. Fluktuasi tajam bisa saja terjadi sewaktu-waktu, terutama jika The Fed tiba-tiba mengubah arah kebijakan moneter.
Satu hal yang pasti, emas bukan sekadar perhiasan atau simbol kemewahan, melainkan benteng finansial di tengah gejolak dunia.
Maka, pertanyaan “kenapa harga emas naik terus?” akan selalu relevan untuk dibahas, selama ketidakpastian ekonomi global masih menghantui.